puisiberdasar pada konvensi bahasanya, Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar. heuristik dan heuristik dan hermeneutik, sedangkan pembacaan hermeneutik adalah Sajak-sajak karya Chairil Anwar pembacaan puisi berdasar pada konvensi dipilih sebagai objek pembacaan heuristik sastranya. dan hermeneutik karena sajak-sajaknya perlu
​DERU CAMPUR DEBU CHAIRIL ANWAR DIAN RAKYAT JAKARTA ​ISBN 979-532-042-5 Deru Campur Debu Diterbitkan oleh DIAN RAKYAT Jakarta Diterbitkan pertama kali oleh Yayasan Pembangunan tahun 1959 Rencana & hiasan buku oleh Oesman Effendi Dicetak oleh PT. DIAN RAKYAT Cetakan pertama 1987 Cetakan kedua 1991 ​ ​ Unggah gambar untuk mengganti penampung ini. ​AKUKalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi ​HAMPAkepada sri Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti Sepi Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. ​SELAMAT TINGGALAku berkaca Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu — dalam hatiku? — Apa hanya angin lalu? Lagu lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah ..................?? Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal ................!! Selamat Tinggal ................!! ​ ​ORANG BERDUAKamar ini jadi sarang penghabisan di malam yang hilang batas. Aku dan dia hanya menjengkau rakit hitam 'Kan terdamparkah atau terserah pada putaran pitam? Matamu ungu membatu. Masih berdekapankah kami atau mengikut juga bayangan itu? ​SIA-SIAPenghabisan kali itu kau datang membawa karangan kembang Mawar merah dan melati putih darah dan suci. Kau tebarkan depanku serta pandang yang memastikan Untukmu. Sudah itu kita sama termangu Saling bertanya Apakah ini? Cinta? Keduanya tak mengerti. Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri. Ah! Hatiku yang tak mau memberi Mampus kau dikoyak-koyak sepi. ​DOAkepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namaMu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku hilang bentuk remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku dipintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling ​ISAkepada nasrani sejati Itu Tubuh mengucur darah mengucur darah rubuh patah mendampar tanya aku salah? kulihat tubuh mengucur darah aku berkaca dalam darah terbayang terang di mata masa bertukar rupa ini segara mengatup luka aku bersuka Itu Tubuh mengucur darah mengucur darah ​ ​ ​KEPADA PEMINTA-MINTABaik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah. Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. ​KESABARANAku tak bisa tidur Orang ngomong, anjing nggonggong Dunia jauh mengabur Kelam mendinding batu Dihantam suara bertalu-talu Di sebelahnya api dan abu Aku hendak bicara Suaraku hilang, tenaga terbang Sudah! tidak jadi apa-apa! Ini dunia enggan disapa, ambil perduli Keras membeku air kali Dan hidup bukan hidup lagi Kuulangi yang dulu kembali Sambil bertutup telinga, berpicing mata Menunggu reda yang mesti tiba ​SAJAK PUTIHBersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah........ ​ ​KAWANKU DAN AKUKami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat Siapa berkata-kata ........? Kawanku hanya rangka saja Karena dera mengelucak tenaga Dia bertanya jam berapa? Sudah larut sekali Hilang tenggelam segala makna Dan gerak tak punya arti. ​KEPADA KAWANSebelum Ajal mendekat dan mengkhianat, mencengkam dari belakang 'tika kita tidak melihat, selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa, belum bertugas kecewa dan gentar belum ada, tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam, layar merah berkibar hilang dalam kelam, kawan, mari kita putuskan kini di sini Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri! Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu, Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Jangan tambatkan pada siang dan malam Dan Hancurkan lagi apa yang kau perbuat, Hilang sonder pusaka, sonder kerabat. Tidak minta ampun atas segala dosa, Tidak memberi pamit pada siapa saja ! Jadi mari kita putuskan sekali lagi Ajal yang menarik kita, 'kan merasa angkasa sepi, Sekali lagi kawan, sebaris lagi Tikamkan pedangmu hingga ke hulu Pada siapa yang mengairi kemurnian madu !!! ​SEBUAH KAMARSebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. "Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu!" Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada di luar hitungan Kamar begini, 3 X 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa! ​ ​LAGU SIULI Laron pada mati Terbakar di sumbu lampu Aku juga menemu Ajal dicerlang caya matamu Heran ! ini badan yang selama berjaga Habis hangus di api matamu 'Ku kayak tidak tahu saja. ​II Aku kira Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros Dikutuk-sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta, Tak satu juga pintu terbuka. Jadi baik kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak 'kan apa-apa, Aku terpanggang tinggal rangka ​MALAM DI PEGUNUNGANAku berpikir Bulan inikah yang membikin dingin, Jadi pucat rumah dan kaku pohonan ? Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan ! ​CATETAN TH. 1946Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai, Mainan cahaya di air hilang bentuk dalam kabut, Dan suara yang kucintai 'kan berhenti membelai. Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut. Kita - anjing diburu - hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang Tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat. Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu ; Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah, Tulis karena kertas gersang; tenggorokan kering sedikit mau basah! ​NOCTURNOfragment .......................... Aku menyeru — tapi tidak satu suara membalas, hanya mati di beku udara. Dalam hatiku terbujur keinginan, juga tidak bernyawa. Mimpi yang penghabisan minta tenaga, Patah kapak, sia-sia berdaya, Dalam cekikan hatiku Terdampar ....... Menginyam abu dan debu Dari tinggalannya suatu lagu. Ingatan pada Ajal yang menghantu. Dan demam yang nanti membikin kaku ...... .......................... Pena dan penyair keduanya mati, Berpalingan ! ​ ​KEPADA PELUKIS AFFANDIKalau, 'ku habis-habis kata, tidak lagi berani memasuki rumah sendiri,. terdiri di ambang penuh kupak, adalah karena kesementaraan segala yang mencap tiap benda, lagi pula terasa mati kan datang merusak. Dan tangan kan kaku, menulis berhenti, kecemasan derita, kecemasan mimpi ; berilah aku tempat di menara tinggi, di mana kau sendiri meninggi atas keramaian dunia dan cedera, lagak lahir dan kelancungan cipta, kau memaling dan memuja dan gelap-tertutup jadi terbuka ! ​ ​BUAT ALBUM Seorang gadis lagi menyanyi Lagu derita di pantai yang jauh, Kelasi bersendiri di laut biru, dari Mereka yang sudah lupa bersuka. Suaranya pergi terus meninggi, Kami yang mendengar melihat senja Mencium belai si gadis dari pipi Dan gaun putihnya sebagian dari mimpi. Kami rasa bahagia tentu 'kan tiba, Kelasi mendapat dekapan di pelabuhan Dan di negeri kelabu yang berhiba Penduduknya bersinar lagi, dapat tujuan Lagu merdu ! apa mengertikah adikku kecil yang menangis mengiris hati Bahwa pelarian akan terus tinggal terpencil, Juga di negeri jauh itu surya tidak kembali? ​CERITA BUAT DIEN TAMAELA Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu. Beta Pattirajawane Kikisan laut Berdarah laut Beta Pattirajawane Ketika lahir dibawakan Datu dayung sampan Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala. Beta api di pantai. Siapa mendekat Tiga kali menyebut beta punya nama. Dalam sunyi malam ganggang menari Menurut beta punya tifa, Pohon pala, badan perawan jadi Hidup sampai pagi tiba. Mari menari! mari beria! mari berlupa! Awas jangan bikin beta marah Beta bikin pala mati, gadis kaku Beta kirim datu-datu! ​Beta ada di malam, ada di siang Irama ganggang dan api membakar pulau...... Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu. ​PENERIMAANKalau kau mau kuterima kau kembali Dengan sepenuh hati Aku masih tetap sendiri Kutahu kau bukan yang dulu lagi Bak kembang sari sudah terbagi Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani Kalau kau mau kuterima kau kembali Untukku sendiri tapi Sedang dengan cermin aku enggan berbagi. ​KEPADA PENYAIR BOHANG Suaramu bertanda derita laut tenang ..... Si Mati ini padaku masih berbicara Karena dia cinta, di mulutnya membusah dan rindu yang mau memerahi segala Si Mati ini matanya terus bertanya ! Kelana tidak bersejarah Berjalan kau terus ! Sehingga tidak gelisah Begitu berlumuran darah. Dan duka juga menengadah Melihat gayamu melangkah Mendayu suara patah "Aku saksi!" Bohang, Jauh di dasar jiwamu bertampuk suatu dunia ; menguyup rintik satu-satu Kaca dari dirimu pula ........ ​ ​SENJA DI PELABUHAN KECIL buat sri ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. ​KABAR DARI LAUTAku memang benar tolol ketika itu , mau pula membikin hubungan dengan kau ; lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu, berujuk kembali dengan tujuan biru. Di tubuhku ada luka sekarang, bertambah lebar juga, mengeluar darah, dibekas dulu kau cium napsu dan garang; lagi akupun sangat lemah serta menyerah. Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi. Pembatasan cuma tambah menjatuhkan kenang. Dan tawa gila pada whisky tercermin tenang. Dan kau ? Apakah kerjamu sembahyang dan memuji, Atau di antara mereka juga terdampar, Burung mati pagi hari di sisi sangkar ? ​TUTI ARTICAntara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga, Adikku yang lagi keenakan menjilat es artic; Sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola. Istriku dalam latihan kita hentikan jam berdetik Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa — ketika kita bersepeda kuantar kau pulang — Panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara, Mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang. Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar; Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu Sorga hanya permainan sebentar. Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu Aku dan Tuti + Greet + Amoi ...... hati terlantar, Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar. ​ ​SORGAbuat basuki resobowo Seperti ibu + nenekku juga tambah tujuh keturunan yang lalu aku minta pula supaya sampai di sorga yang kata Masyumi + Muhammadyah bersungai susu dan bertabur bidari beribu Tapi ada suara menimbang dalam diriku, nekat mencemooh Bisakah kiranya berkering dari kuyup laut biru, gamitan dari tiap pelabuhan gimana ? Lagi siapa bisa mengatakan pasti di situ memang ada bidari suaranya berat menelan seperti Nina, punya kerlingnya Yati? ​CINTAKU JAUH DI PULAU Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri. Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak 'kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata "Tujukan perahu ke pangkuanku saja". Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh ! Perahu yang bersama 'kan merapuh ! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri. ​ ​ISIA k u H a m p a Selamat tinggal Orang berdua Sia-sia D o a I s a Kepada peminta-minta Kesabaran Sajak putih Kawanku dan aku Kepada kawan Sebuah kamar Lagu Siul Malam di pegunungan Catetan th. 1946 Nocturno Kepada pelukis Affandi Buat album Cerita buat Dien Tamaela Penerimaan Kepada penyair Bohang Senja di pelabuhan kecil Kabar dari laut Tuti Artic Sorga Cintaku jauh di pulau Tulisan Chairil Anwar
MAKNAPUISI SIA-SIA KARYA CHAIRIL ANWAR . Sia-Sia (Versi Deru Campur Debu) Penghabisan kali itu kau datang. membawa karangan kembang. Mawar merah dan melati putih: darah dan suci. Kau tebarkan depanku. serta pandang yang memastikan: Untukmu. Sudah itu kita sama termangu. Saling bertanya: Apakah ini? Cinta? Keduanya tak mengerti. Sehari itu kita bersama.

Chairil Anwar merupakan penyair berdarah Minangkabau yang menjadi salah satu pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia. Karya-karyanya tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga dunia. Penasaran seperti apa kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang sangat populer dan melegenda itu? Simak artikel ini hingga habis, ya!Para pecinta puisi barangkali sudah tidak asing lagi dengan nama Chairil Anwar. Penyair yang lahir dan besar di Medan ini telah menulis puluhan puisi yang digandrungi banyak orang. Misalnya adalah karya berjudul Aku, Karawang-Bekasi, dan kumpulan puisi Chairil Anwar kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang berhasil diterbitkan, yaitu Deru Campur Debu 1949, Aku Ini Binatang Jalang koleksi sajak 1942-1949 1986, Derai-derai Cemara 1998, dan sebagainya. Sedangkan karya-karya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing di antaranya Sharp gravel, Indonesian poems 1960, Chairil Anwar Selected Poems 1963, The Complete Poems of Chairil Anwar 1974, dan masih banyak kepiawaiannya dalam menciptakan puisi, sosok Chairil Anwar mampu menginspirasi banyak orang. Beberapa penulis pun menghasilkan buku yang membahas tentang dirinya, seperti Chairil Anwar memperingati hari 28 April 1949 1953, Chairil Anwar Sebuah Pertemuan 1976, Mengenal Chairil Anwar 1995, dan lain-lain. Luar biasa, bukan?Makin penasaran dengan kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang kami rangkum di sini? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini! Semoga saja sajak-sajak dari penyair kenamaan Indonesia itu mampu memberimu banyak inspirasi. Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar tentang Perjuangan 1. Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih perih Dan akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Mungkin kamu sudah familier dengan salah satu karya dari kumpulan puisi Chairil Anwar berjudul Aku tersebut karena memang sangat terkenal. Sajak yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris itu pertama kali dibaca Chairil pada Juli 1943 di Pusat Kebudayaan Jakarta. Secara keseluruhan, sajak di atas berisi tentang keberanian dalam berjuang walaupun banyak risiko yang menghadang. Dapat pula mengandung makna keteguhan hati atas kebenaran yang telah diyakini. 2. Karawang-Bekasi Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami Terbayang kami maju dan mendegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, kenanglah kami Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan, Atau tidak untuk apa-apa Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Syahrir Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang, kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi Karawang-Bekasi merupakan puisi Chairil Anwar yang mungkin juga tak asing lagi di telingamu. Karya sastra tersebut menyiratkan perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam peperangan yang kemudian dikebumikan di antara Kota Karawang dan Bekasi. Sajak di atas juga menggambarkan betapa beratnya memperjuangkan kemerdekaan yang hendak diproklamirkan Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Meski sudah merdeka, sayangnya banyak dari kita yang mengabaikan perjuangan para pahlawan. Lewat puisi di atas, Chairil berpesan kepada generasi penerus agar senantiasa mengenang dan menghargai jasa pejuang-pejuang yang telah gugur. Baca juga Kumpulan Contoh Pantun Jenaka dan Maknanya untuk Meramaikan Suasana 3. Diponegoro Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati. MAJU Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu. Sekali berarti Sudah itu mati. MAJU Bagimu negeri Menyediakan api. Punah di atas menghamba Binasa di atas ditindas Sungguhpun dalam ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai Maju. Serbu. Serang. Terjang. Dalam penulisannya, puisi berjudul Diponegoro tersebut menggunakan persamaan bunyi rima yang dapat dibaca pada bait pertama hingga terakhir. Selain itu, beberapa bagian sajak ini juga menggunakan kalimat konotasi. Misalnya adalah kalimat “Ini barisan tak bergenderang-berpalu,” yang bermakna semangat dan frasa “menyediakan api” sebagai simbol kekuatan dan keberanian. Dari segi makna, sajak ini kurang lebih bercerita tentang perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah Belanda di Indonesia. Walau senjata yang dipakai kalah modern, sang pahlawan tetap tak gentar dan terus maju memerangi Belanda. 4. Persetujuan dengan Bung Karno Ayo! Bung Karno kasih tangan, mari kita bikin janji Aku sudah cukup lama dengan bicaramu Dipanggang di atas apimu, digarami lautmu Dari mulai tanggal 17 Agustus 1945 Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu Aku sekarang api, Aku sekarang laut Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat Di zatmu, di zatku kapal-kapal kita berlayar Di uratmu, di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh Dalam sajak berjudul Persetujuan dengan Bung Karno di atas, Chairil Anwar berusaha menggambarkan kedekatan emosionalnya dengan presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Bait pertama mengungkapkan sikap setuju sang penyair terhadap ucapan-ucapan yang disampaikan Bung Karno. Baris selanjutnya juga menunjukkan dukungan Chairil pada Soekarno ketika berusaha mempertahankan Republik Indonesia RI. Sedangkan di bait terakhir, penyair yang mendapat julukan Si Binatang Jalang ini berusaha mengingatkan Soekarno kalau beliau tidak sendirian karena banyak yang sepemahaman dengannya. 5. Prajurit Jaga Malam Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu? Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini Aku suka pada mereka yang berani hidup Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu… Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu! Tema yang diangkat dalam sajak berjudul Prajurit Jaga Malam ini adalah kepahlawanan. Penulis berusaha mengungkapkan kekagumannya kepada para prajurit yang tak lelah melakukan jaga malam untuk mengantisipasi serangan Belanda. Mereka tak gentar sedikit pun pada ancaman penjajah meski nyawa menjadi taruhan. Keberanian dan tekad kuat para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan tersebut mengajarkan kita agar senantiasa cinta tanah air dan rela berkorban untuk negara ini. Baca juga Contoh Puisi tentang Guru sebagai Rasa Terima Kasih Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar tentang Cinta 1. Senja di Pelabuhan Kecil Kepada Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap Tak hanya menghasilkan karya bertema perjuangan dan kepahlawanan, Chairil Anwar juga menulis kumpulan puisi yang berisi percintaan. Salah satunya sajak berjudul Senja di Pelabuhan Kecil di atas yang berkisah tentang kandasnya sebuah cinta. Tak seperti sajak-sajak sebelumnya yang selalu bernada optimis, rangkaian puisi Chairil kali ini menyiratkan rasa pesimis dan kemuraman. Perasaan sedih sang pengarang terlukiskan lewat pemilihan kata-kata seperti kelam, muram, sendiri, dan sendu. 2. Tak Sepadan Aku kira Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros Dikutuk-sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta Tak satu juga pintu terbuka Jadi baik juga kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak kan apa-apa Aku terpanggang tinggal rangka Lewat puisi berjudul Tak Sepadan, sang pengarang seolah sedang mengajak bicara wanita yang dicintainya. Pada bait pertama, si aku mencoba memperkirakan apa yang akan terjadi jika mereka selalu bersama atau sebaliknya. Dengan atau tanpa dirinya, dia kira wanita tersebut akan tetap bahagia dengan suami dan anak-anaknya kelak. Sedangkan bait-bait selanjutnya berisi tentang keputusasaan sang penyair terhadap hubungan yang sedang dijalani. Rasa sakit tak tertahan membuatnya memilih untuk mengakhiri hubungan yang dijalani karena merasa tak sejalan. Dirinya pun berpikir telah disumpahi dan dikutuk Dewa Eros karena kekecewaan dan kemalangan cinta yang menimpanya. Baca juga Kumpulan Puisi Singkat tentang Ibu yang Membuatmu Rindu untuk Pulang 3. Cintaku Jauh di Pulau Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja,” Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama kan merapuh! Mengapa ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau kumati, dia mati iseng sendiri. Sekilas, salah satu karya dari kumpulan puisi Chairil Anwar di atas seolah mengisyaratkan kebahagiaan. Namun tak jauh beda dengan sajak cinta sebelumnya, puisi berjudul Cintaku Jauh di Pulau tersebut ternyata mengisahkan kesedihan karena kasih tak sampai. Cerita bermula dari kecintaan tokoh aku pada gadis di seberang pulau yang senang menghabiskan waktu sendirian. Malangnya, tokoh tersebut harus menjemput ajal ketika hendak menyeberangi pulau untuk bertemu kekasihnya. Setelah meninggal, dia pun masih khawatir dengan sang kekasih yang mungkin akan menghabiskan sisa hidupnya dalam penantian yang sia-sia. 4. Cinta dan Benci Aku tidak pernah mengerti Banyak orang menghembuskan cinta dan benci Dalam satu napas Tapi sekarang aku tahu Bahwa cinta dan benci adalah saudara Yang membodohi kita, memisahkan kita Sekarang aku tahu bahwa Cinta harus siap merasakan sakit Cinta harus siap untuk kehilangan Cinta harus siap untuk terluka Cinta harus siap untuk membenci Karena itu hanya cinta yang sungguh-sungguh mengizinkan kita Untuk mengatur semua emosi dalam perasaan Setiap emosi jatuh… Keluarlah cinta Sekarang aku mengetahui implikasi dari cinta Cinta tidak berasal dari hati Tapi cinta berasal dari jiwa Dari zat dasar manusia Ya, aku senang telah mencintai Karena dengan melakukan itu aku merasa hidup Dan tidak ada orang yang dapat merebutnya dariku Sajak Chairil Anwar ini seolah mengamini perkataan banyak orang yang menyebutkan bahwa cinta dan benci itu beda tipis. Menurutnya, cinta dan benci adalah saudara yang dapat membodohi atau memisahkan sepasang kekasih. Ketika jatuh cinta, sang penyair pun sadar harus siap sakit, kehilangan, terluka, dan membenci. Meski begitu, dia tetap bahagia lantaran bisa mencintai karena itu artinya emosi dan jiwanya benar-benar hidup. 5. Sajak Putih Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi Malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita mati datang tidak membelah Pengambilan judul Sajak Putih pada puisi di atas mengisyaratkan kejujuran, keikhlasan, dan ketulusan si aku dalam menyampaikan suara hatinya yang diam-diam mengagumi seseorang gadis. Dia merasakan cinta yang tulus dari sang pujaan hati sehingga membuatnya begitu terharu. Pria tersebut berharap si wanita mencintainya sama seperti apa yang dirasakannya. Namun, baik si laki-laki maupun perempuan belum juga menyatakan perasaannya dan hanya diam tanpa berbicara sepatah kata pun. Dalam diam, mereka juga berjanji akan setia dan tak terpisahkan meski maut datang menjemput. Baca juga Kumpulan Puisi Cinta Romantis untuk Pacar Tersayang yang Memiliki Makna Mendalam Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar untuk Renungan 1. Doa Kepada Pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh Cahaya-Mu panas suci Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di pintu-Mu aku bisa mengetuk Aku tidak bisa berpaling Doa merupakan salah satu karya dari kumpulan puisi Chairil Anwar yang mengambil tema ketuhanan. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan judul dan beberapa kata, seperti Tuhanku, mengingat Kau, cahaya-Mu, dan pintu-Mu. Sajak tersebut dapat menjadi renungan bahwa keberadaan manusia tak terlepas dari campur tangan Tuhan. Dalam bait-baitnya, sang penyair seolah sedang melakukan dialog dengan Tuhan tentang permasalahan hidup yang dihadapinya. 2. Selamat Tinggal Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu Dalam hatiku Apa hanya angin lalu? Lagi lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah..!!! Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal..!!! Selamat tinggal…!! Dalam puisi berjudul Selamat Tinggal, Chairil Anwar seakan-akan sedang membicarakan dirinya sendiri. Dia seperti sedang melakukan introspeksi diri atas kekurangan-kekurangannya yang dikiaskan dengan frasa “muka penuh luka.” Bait-bait tersebut dapat pula dimaknai sebagai sikap keras kepala si penyair terhadap komentar-komentar orang lain yang merugikannya. Oleh karenanya, penulis mengucapkan selamat tinggal pada hal-hal negatif yang menghinggapinya, lalu melangkah dengan percaya diri. Baca juga Kumpulan Kata-Kata Pantun Cinta Romantis untuk Pacar, Gebetan, dan Mantan 3. Sebuah Kamar Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. “Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satunya!” Ibuku tertidur dalam tersendu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada di luar hitungan Kamar begini, 3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa! Sajak yang ditulis Chairil Anwar pada tahun 1946 ini menggambarkan ironi yang terjadi dalam sebuah keluarga. Mereka yang terdiri dari ayah, ibu, dan lima orang anak harus tinggal di sebuah kamar petak berukuran 3×4 meter. Sudah keadaan susah, ditambah si aku ingin menambah kesulitan lagi lantaran meminta adik pada orangtuanya. Padahal untuk ditinggali tujuh orang saja kamar itu sudah terlalu pengap dan sempit. 4. Kepada Peminta-minta Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Dalam puisinya ini, Chairil Anwar menggambarkan salah satu fenomena sosial yang mungkin kerap terabaikan masyarakat. Lewat Kepada Peminta-minta, penyair berusaha menunjukkan sikapnya terhadap para pengemis. Tokoh aku merasa iba pada si peminta-minta meski sebenarnya dia kurang setuju dengan cara orang itu mencari uang. Di sisi lain, si aku juga kerap berpikir tentang kesulitan hidup yang dihadapi si pengemis dan berharap mereka dapat mencari nafkah dengan cara yang lebih baik. 5. Rumahku Rumahku dari unggun timbun sajak Kaca jernih dari luar segala nampak Kulari dari gedong lebar halaman Aku tersesat tak dapat jalan Kemah kudirikan ketika senja kala Di pagi terbang entah ke mana Rumahku dari unggun timbun sajak Di sini aku berbini dan beranak Rasanya lama lagi Tapi datangnya datang Aku tidak lagi meraih petang Biar berleleran kata manis madu Jika menagih yang satu Sesuai judulnya, sajak Chairil Anwar di atas melukiskan pandangan penulis tentang rumah yang ditinggalinya. Pada bait pertama, penyair beranggapan jika rumahnya bagaikan api unggun yang hangat serta dapat mengusir dinginnya malam. Artinya, rumah itu penuh dengan kehangatan yang membuat si aku betah tinggal di sana. Bait selanjutnya menceritakan tentang pencarian suasana baru di luar rumah tanpa arah dan tujuan. Dapat pula diartikan sebagai masa muda yang kerap kali diisi dengan kesia-siaan. Setelah melewati masa pencarian, si penyair akhirnya kembali ke tempat asal dan menghabiskan masa tuanya di sana. Baca juga Yuk, Baca Kumpulan Puisi Roman Picisan yang Bikin Baper di Sini! Manakah Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Paling Menginspirasimu? Setelah membaca kumpulan puisi karya Chairil Anwar di atas, apa yang kamu pikirkan? Kira-kira, manakah sajak yang paling menginspirasi serta meninggalkan kesan terdalam di hatimu? Kamu bisa mencatatnya, lalu mengirimkannya pada orang-orang terdekat atau membaginya di media sosial. Tak hanya karya Chairil Anwar, di sini kamu juga dapat membaca kumpulan puisi lainnya dengan tema yang beragam. Misalnya adalah puisi tentang ibu, guru, cinta romantis, dan sebagainya. Selamat membaca! PenulisIis ErnawatiIis Ernawati adalah kontributor di Praktis Media alumni UIN Sunan Kalijaga jurusan Komunikasi. EditorNurul ApriliantiMeski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya.

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk pendeskripsian penggunaan bahasa figuratif, makna bahasa figuratif, dan rencana implementasi bahasa figuratif dalam kumpulan puisi DCD karya Chairil Anwar. Metode penelitian adalah metode deksriptif bentuk kualitatif dengan pendekatan semiotik. Berdasarkan hasil analis data, maka dihasilkan simpulan sebagai berikut : 1) Penggunaan bahasa figuratif dalam ArticlePDF AvailableAbstractPenelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang bentuk citraan dan majas dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik analisis isi. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan teknik analisis data dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan/verifikasi. Data dalam penelitian ini berupa citraan dan majas dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar . Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar terdapat beragam citraan dan majas yang cukup bervariasi. Citraan yang digunakan pengarang dapat menciptakan imajinasi yang lebih hidup. Citraan yang terdapat pada kumpulan puisi tersebut yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan gerak, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan pengecapan serta majas ada personifikasi,metafora,hiperbola dan alegori. Adapun puisi yang dianalisis antara lain “Kawan ku dan Aku”, “Sajak Putih”, dan “Nocturno”. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 41 ANALISIS MAJAS DAN CITRAAN PADA KUMPULAN PUISI DERU CAMPUR DEBU Mega Rebeca Gita, Achmad Yuhdi Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan e-mail gitapanjaitan08 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang bentuk citraan dan majas dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik analisis isi. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan teknik analisis data dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan/verifikasi. Data dalam penelitian ini berupa citraan dan majas dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar . Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar terdapat beragam citraan dan majas yang cukup bervariasi. Citraan yang digunakan pengarang dapat menciptakan imajinasi yang lebih hidup. Citraan yang terdapat pada kumpulan puisi tersebut yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan gerak, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan pengecapan serta majas ada personifikasi,metafora,hiperbola dan alegori. Adapun puisi yang dianalisis antara lain “Kawan ku dan Aku”, “Sajak Putih”, dan “Nocturno”. Katakunci Majas, Citraan, Puisi Abstract This study aims to provide an understanding of the form of imagery and figure of speech in the collection of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. This study uses a descriptive method with content analysis techniques. The data collection technique uses documentation and data analysis techniques with the following steps data reduction, data presentation and drawing conclusions/verification. The data in this study are images and figures of speech in the collection of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. The results of the research show that in the collection of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar there are various images and figures of speech that are quite varied. The imagery used by the author can create a more vivid imagination. The images contained in the poetry collection are visual imagery, auditory imagery, motion imagery, tactile imagery, olfactory imagery, tasting imagery and figure of speech with personification, metaphor, hyperbole and allegory. The poems analyzed included “My friends and I”, “White Poems”, and “Nocturno”. Keywords Figure of Speech, Imagery, Poetry PENDAHULUANKarya sastra tercipta karena adanya inisiatif pengarang dalam menciptakan karya dalam bentuk ide dan gagasan yang kreatif. Ide dan gagasan kreatif tersebut tercipta bukan hanya dari imajinatif pengarang tetapi juga pengetahuan yang dimiliki pengarang. Pengarang menciptakan karya sastra dari media bahasa yang diambil dari gambaran-gambaran hidup manusia, baik itu pengalaman pengarang sendiri maupun pengalaman orang lain. Dengan demikian karya sastra yaitu karya yang tercipta dari ide kreatif pengarang yang menggambarkan tentang kehidupan dengan menggunakan media bahasa. Satu di antara bentuk karya sastra adalah puisi. Puisi termasuk karya sastra yang memiliki nilai keindahan yang dihasilkan dari ide kreatif pengarang. Pada penelitian ini, peneliti mengambil objek buku Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 42 kumpulan puisi berjudul “Deru Campur Debu” yang telah dipublikasikan dalam buku antologi yang dibuat oleh Dian Rakyat. Berdasarkan paparan diatas, peneliti memberi judul penelitian ini, yaitu “Analisis Majas dan Citraan Pada Kumpulan Puisi Deru Campur Debu ” Permasalahan citraan pada hakikatnya tidak bisa terlepas dari permasalahan pemilihan kata diksi. Dengan adanya diksi atau pilihan kata yang tepat tentu akan menimbulkan daya khayal pembaca terhadap suatu hal yang sedang dibacanya. Namun sebaliknya, penggunaan diksi yang tidak tepat tidak akan dapat membuat pembaca berimajinas seoah-olah merasakan apa yang dirasakan penyair, karena pada umumnya citraan dalam puisi digunakan penyair untuk memperkuat gambaran pemikiran pembaca, Citraan terdiri atas tujuh jenis yakni citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan gerak, citraan pengecapan. dan citraan pemikiran. Maman S. Mahayana 2005 sastra sering juga ditempatkan sebagai potret sosial. Ia mengungkapkan kondisi masyarakat pada masa tertentu. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial Damono, 1979 1. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat; antara masyarakat dengan orang-seorang, antara manusia, dan antara peristiwa yang terjadi dalam batin seseoranTujuan penelitian dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan majas dan citraan yang terdapat dalam buku kumpulan puisi deru campur debu karya Chairil Anwar. Sering sekali kita hanya membaca sebuah puisi untuk melatih bagaimana cara pembacaannya yang baik dan benar namun tidak mengetahui terlebih dahulu makna puisi tersebut dan citraan yang terkandung didalam. Tanpa disadari ketika tahu makna dari puisi dan citraannya kita akan menjadi lebih baik dalam pembacaannya karena sudah tahu artinya, Oleh karena peneliti membuat sebuah penelitian dari kumpulan puisi Chairil Anwar karena diksi yang terdapat dalam puisi-puisinya sangat jarang didengar orang awam pada umumnya sehingga saya berinisiatif untuk menganalisisnya agar pembaca juga memahami majas dan citraan dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar. Nurgiyantoro 2005346 mengungkapkan bahwa penggunaan citraan dalam puisi danteks kesusastraan secara umum berkaitan dengan tujuan memberikan gambaran secara konkret, walau tetap hanya secara imajinatif kepada pembacanya. Teori yang dibuat oleh Nurgiyantoro inilah yang saya terapkan didalam penelitian ini karena pada umumnya puisi dengan kata-kata yang jarang terdengar membarika gambara konkret sehingga saya menganalisis majas dan citraan yang terkandung didalam puisi. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sugiyono 2013, hlm. 15 Sehingga di penelitian ini peneliti menganalisis secara langsung dari buku kumpulan puisi Chairil Anwar berjudul “Chairil Anwar”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka, yaitu menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-sumber tertulis yang dimaksud dapat berupa sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penganalisisan data penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Membaca puisi yang akan dianalisis yaitu berjudul “Kawanku dan Aku”, “Sajak Putih” dan “Nocturno”. 2. Mengidentifikasi larik puisi yang diduga terdapat majas dan unsur citraan Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 43 3. Mencatat setiap larik puisi yang mengandung konsep majas dan kajian citraan 4. Menentukan jenis majas dan unsur citraan pada larik-larik puisi yang telah diidentifikasi 5. Mengklasifikasi majas dan citraan yang terdapat dalam puisi yang telah dipublikasikan dalam kumpulan puisi berjudul “Deru Campur Debu” 6. Menganalisis majas dan citraan yang terdapat dalam puisi yang telah dipublikasikan dalam kumpulan puisi berjudul “Deru Campur Debu” 7. Menarik kesimpulan. PEMBAHASAN DAN HASIL 1. Kawanku dan Aku Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan Darahku mengentat pekat Aku tumpat pedat Siapa berkata-kata.....? Kawanku hanya rangka saja Karma dera mengelucak tenaga Dia bertanya jam berapa? Sudah larut sekali Hilang tenggelam segala makna Dan gerak tak punya arti Tabel 1 Analisis pada puisi Kawanku dan Aku a. Majas Kata-kata bermajas yang terdapat dalam puisi ini yaitu pada kutipan “ Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan” Penggalan larik puisi tersebut mengandung majas hiperbola yang berarti 2 orang sahabat yang sama-sama berjuang hingga larut malam untuk belajar hingga keringat bercucuran pun mereka tempuh walaupun terkadang ide-ide tidak selalu lancar. Kutipan larik lainnya dalam puisi ini yang mengandung majas ialah “Darahku mengentat pekat Aku tumpat pedat” Makna yang terkandung dalam larik tersebut ialah usaha yang sungguh-sungguh dalam pencapaian pembelajaran. b. Citraan - citraan pendengaran Siapa berkata-kata.....? - citraan perabaan  Dan gerak tak punya arti - citraan gerak  Darahku mengentat pekat, Aku tumpat pedat - citraan pengecapan  Kawanku hanya rangka saja karma dera mengelucak tenaga - citraan pemikiran  Dia bertanya jam berapa? Sudah larut sekali Hilang tenggelam segala makna 2. Sajak Putih Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi. Malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mangalir dari luka Antara kita mati datang tidak membelah ........ Tabel 2 Analisis pada puisi Sajak Putih Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 44 a. Majas Pada puisi Chairi Anwar berjudul “Sajak Putih” terdapat beberapa kalimat bermajas antara lain - Tari warna pelangi Merupakan majas metafora artinya, banyak macam hal-hal yang datang dalam kehidupan. - Bertudung sutra senja  Merupakan majas personifikasi artinya, wanita menggunakan jilbab berwarna lembut atau gelap. - Dihitam matamu kembang mawar dan melati Merupakan majas alegori artinya, dalam bolamata yang berbinar indah. - Dalam dadaku memerdu lagu  Merupakan majas personifikasi artinya, didalam batin menyanyikan sebuah lagu. - Menarik menari seluruh aku  Merupakan majas metafora artinya, meyakinkan diri akan suatu hal. b. Citraan - citraan pendengaran Dan dalam dadaku memerdu lagu - citraan perabaan  Menarik menari seluruh aku. - citraan gerak  Menarik menari seluruh aku - citraan pemikiran  Selama kau darah mangalir dari luka, Antara kita mati datang tidak membelah - citraan penglihatan  Selama matamu bagiku menengadah 3. Nocturno Aku menyeru tapi tidak satu suara Membalas,hanya mati dibeku udara Dalam hatiku terbujur keinginan Juga tidak bernyawa Mimpi yang penghabisan minta tenaga Patah kapak,sia-sia berdaya Dalam cekikan hati ku Terdampar…….. Menginyam abu dan debu Dari tinggalannya suatu lagu Ingatan pada ajal yang menghantu Dan demam yang nanti membikin kaku….. Pena dan penyair keduanya mati, Berpalingan! Tabel 3 Analisis pada puisi Nocturno a. Majas Pada puisi Chairi Anwar berjudul “Nocturno” terdapat beberapa kalimat bermajas antara lain - Hanya mati dibeku udara  Merupakan majas personifikasi artinya, apa yang dikatakan tidak didengar orang lain. - Patah kapak, sia-sia berdaya,Dalam cekikan hatiku Merupakan majas hiperbola artinya, bertahan pada perasaan yang sakit hanya perbuatan yang sia-sia. - Menginyam abu dan debu Merupakan majas metafora artinya, bertahan lama tanpa hasil yang pasti. b. Citraan - Citraan pendengaran Tapi tidak suatu suara membalas - Citraan perabaanMimpi yang penghabisan tenaga minta tenaga - Citraan gerak Terdampar…. - Citraan pemikiran Ingatan pada ajal yang menghantu - Citraan penglihatan Pena dan penyair keduanya mati Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 45 - Citraan pengecapan Menginyam abu dan debu Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang dapat dikaji dari berbagai aspek, diantaranya dari struktur dan unsur yang membangun puisi, serta dari tinjauan kesejarahannya. Menurut Dale & Warriner dalam Pradopo,1985 104 bahwa majas merupakan bahasa yang dipergunakan yaitu bahasa kiasan untuk meningkatkan dan memperbanyak efek melalui cara memperbandingkan dan memperkenalkan suatu benda dengan yang lain atau hal yang lebih umum. Hal ini dikarenakan , pengunaan pendek kata majas sehingga merubah nilai rasa atau menimbulkan konotasi tertentu. Adapun menurut Keraf 1988 bahwa majas yaitu bagaimana cara seseorang mengungkapkan pikirannya lewat bahas yang dimilikinya secara khas sehingga dapat diperlihatkan melalui kepribadian dan jiwa pengarang pemakaian bahas. . “Citraan merupakan kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi” Kosasih, 2008 33. Artinya, imajinasi yang dimiliki pembaca seolah-olah dapat merangsang pemikirannya sehingga pembaca dapat merasakan, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan oleh penyair. Citraan atau pengimajian merupakan susunan kata berdasarkan apa yang dilihat, didengar, maupun dirasakan penyair dengan menggunakan pancaindra. Permasalahan citraan pada hakikatnya tidak bisa terlepas dari permasalahan pemilihan kata diksi. Dalam buku kumpulan puisi berjudul “Deru Campur Debu” karya Chairil Anwar dari tiga puisi yang saya analisis memiliki berbagai macam majas dan citraan yang terkandung didalamnya. Dari teori Nurgiyantoro sebelumnya yang menyatakan bahwa puisi memiliki makna yang konkret itu benar apalagi setelah kita mengetahui majas dan citraan yang terkandung, tentu akan lebih mudah dalam pemahaman dan pembacaannya. Analisis Majas dan Citraan Pada Kumpulan Puisi Deru Campur Debu berjudul “Kawanku dan Aku, Sajak Putih dan Nocturno”. SIMPULAN Karya sastra tercipta karena adanya inisiatif pengarang dalam menciptakan karya dalam bentuk ide dan gagasan yang kreatif. Dari penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa didalam ketiga puisi didalam buku kumpulan puisi Deru Campur Debu tersebut mengandung berbagai macam majas yaitu majas personifikasi, metafora, hiperbola, alegori dan mengandung berbagai macam citraan yaitu Citraan pendengaran, perabaan, gerak, pengecapan, pemikiran, dan penglihatan. Permasalahan citraan pada hakikatnya tidak bisa terlepas dari permasalahan pemilihan kata diksi. Dengan adanya diksi atau pilihan kata yang tepat tentu akan menimbulkan daya khayal pembaca terhadap suatu hal yang sedang dibacanya. Namun sebaliknya, penggunaan diksi yang tidak tepat tidak akan dapat membuat pembaca berimajinas seoah-olah merasakan apa yang dirasakan penyair, karena pada umumnya citraan dalam puisi digunakan penyair untuk memperkuat gambaran pemikiran pembaca. Selain menganalisis majas dan citraan bias dilakukan penelitian baru mengenai analisis makna leksikal dalam puisi. DAFTAR PUSTAKA Agan, S., Pd, M., Sempu, D., Sasongko, D., Pd, M., Studi, P., Bahasa, P., & Sastra, D. A. N. 2017. Kajian Struktur Fisik pada Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja Karya M Aan Mansyur An Analysis of Poetry Entitled Seeing Fire Works by M Aan Mansyur Oleh Ley Faunani Susilo Dibimbing oleh SURAT PERNYATAAN ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2017. 0101. Ahsin, dkk. 2017. Struktur batin puisi Jumari HS dalam antologi puisi tentang jejak yang hilang. Jurnal Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 46 Pendidikan Bahasa Indonesia, 5 2, [online]. Diakses dari pbs Alby, H. M., & Keguruan, F. 2021. Analisis Struktur dan Nilai Sosial dalam Antologi PuisiMenjadi Dongeng Karya Mukti Sutarman Espe Structure and Social Analysis in MuktiSutarman Espe ’ s Antology of Poetry Menjadi Dongeng. 74– Ardiansyah, N., Sabri, Y., Sudrajat, R. T., Muslim, F., & Aprian, R. S. 2018. Analisis nilai religius dalam film negeri 5 menara yang diadaptasi dari novel Ahmad Fuadi. Parole Damono, Sapardi Djoko. 2017. Ayatayat Api. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Dibia, I. K. 2018. Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Depok PT. Raja Grafindo Persada. Espe, 2019. Kumpulan Puisi Menjadi Dongeng Karya Mukti Sutarman Espe. Buku Kumpulan Puisi Mukti Sutarman Espe Fadhilatun, H. 2017. Analisis Diksi dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Anak Majalah BoboTahun 2016. Jurnal Kelasa, 122, 213–226. F, Y. A. 2018. Structur And Stereotype In Short Story “Selamat Pagi, Tuan Menteri” Karya Radhar Panca Dahana. JLER Journal of Language Education Research, 1, 1. Humaira, M. A. 2018. KARYA SONI FARID MAULANA. 2. Juwati. 2017. Diksi dan gaya bahasa puisipuisi kontemporer karya Sutardji Calzoum Bachri sebuah kajian stilistik. Jurnal Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran KIBASP, 11. Kadarshi, Sri. 2017. Penggunaan Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Puisi Ballada OrangOrang Tercinta Karya Rendra. Skripsi Tidak Diterbitkan. Palu Universitas Tadulako Maryatin, M. 2018. Penggunaan Gaya Bahasa Personifikasi dalam Kumpulan Puisi Karya Mahasiswa FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Balikpapan. Stilistika Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra M. Aris, M. A., Zahar, E., & Sujoko, S. 2019. Citraan Dalam Kumpulan Puisi Ayat-Ayat Api Karya Sapardi Djoko Damono. Aksara Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 31, 56. Marsela, N. R., Sumiharti, S., & Wahyuni, U. 2018. Analisis Citraan Dalam Antologi Puisi Rumah Cinta Karya Penyair Jambi. Aksara Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 22, 57. Nuraeni, P. 2019. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Kreatif Puisi dengan Media Rahayu, I. S. 2021. Analisis Kajian Semiotika dalam Puisi Chairil Anwar Menggunakan Teori Charles Sanders Peirce. Jurnal Semiotika, 151, 30–36. Setia, Budi, Prihadi., Firmansyah, Dida. 2019. Analisis Semiotika Pada Puisi “Barangkali Karena Bulan” Karya WS. Rendra. Parole Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2 2, 269-271 Suciati, M., Mulyono, T., & Khotimah, K. 2020. Citraan Dalam Kumpulan Puisi Dongeng-Dongeng Yang Tak Utuh Karya Boy Candra Dan Implikasinya. Jurnal Skripta, 62. Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 47 Yuhdi. 2022. Bahan Ajar Penulisan Akademik. Medan Universitas Negeri Medan Janie Gracella DauJulius Sandino KelyEva Dwi KurniawanPenelitian ini membahas tentang penggunaan gaya bahasa atau majas dalam puisi karya Rendra yang berjudul “Aku Tulis Pamplet Ini”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Analisis data dilakukan dengan membaca keseluruhan puisi, mencatat larik puisi yang menggunakan majas, kemudian menarik kesimpulan dari hasil analisis terhadap data yang ada. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa puisi “Aku Tulis Pamplet Ini” menggunakan majas personifikasi, simile, alegori, antitesis, retorik, repetisi, dan eksklamasio di Citraan Dalam Antologi Puisi Rumah Cinta Karya Penyair Jambi. Aksara Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra IndonesiaN R MarselaS SumihartiU WahyuniMarsela, N. R., Sumiharti, S., & Wahyuni, U. 2018. Analisis Citraan Dalam Antologi Puisi Rumah Cinta Karya Penyair Jambi. Aksara Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 22, 57. 3 Nuraeni, P. 2019. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Kreatif Puisi dengan Media Rahayu, I. S. 2021. Analisis Kajian Semiotika dalam Puisi Chairil Anwar Menggunakan Teori Charles Sanders Peirce. Jurnal Semiotika, 151, Semiotika Pada PuisiSetiaPrihadi BudiDida FirmansyahSetia, Budi, Prihadi., Firmansyah, Dida. 2019. Analisis Semiotika Pada Puisi "Barangkali Karena Bulan" Karya WS. Rendra. Parole Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2 2, 269-271 padaKumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada: 1. Dr. Fauzan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Dr.
Buku TerjemahanTerjemahanKerja penterjemahan secara eceran hampir tiada di arus perdana. Bilik Penyair berhasrat mempergiatkan bahagian ini meskipun secara kecil-kecilan. Esei Wawancara Terbitan Tentang Penafian Deru Campur Debu pertama diterbitkan di tahun kematian Chairil Anwar pada tahun 1949. Kemudian puisi-puisi ini diterbitkan kembali dan dilengkapi dengan ilustrasi oleh Oesman Effendi tahun di sebelah merupakan edisi 1958Kawanku dan AkuSudah larut sekali. Hilang tenggelam segala makna. Dan gerak tak punya Tubuh mengucur darah mengucur darahOrang BerduaMasih berdekapankah kami atau mengikut juga bayangan itu?Udara bertuba. Setan bertempik. Ini sepi terus ada. Dan TinggalSegala menebal, segala mengental. Segala tak kukenal. Selamat TinggalAkuAku mau hidup seribu tahun lagi
Abstrak Penelitian ini mengkaji struktur lahir pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Cha iril Anwar. Adapun empat puisi yang di kaji yakni " Kepada Peminta-Minta ", " Sajak Putih ", " Senja
This study examines the structure of physic in a collection of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. The four poems examined are "Kepada Peminta-Minta", "Sajak Putih", "Senja di Pelabuhan Kecil", dan "Cintaku Jauh di Pulau". The purpose of this study is to describe how the physical structure of four poems in question. The method used is qualitative description. The results show that the poems of Chairil Anwar contain a very rich stylistical element in terms of dictionary selection, imagery, concrete words, figurative language, and rhyme. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 77 LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan STKIP PGRI BANDAR LAMPUNG STRUKTUR LAHIR KUMPULAN PUISI DERU CAMPUR DEBU KARYA CHAIRIL ANWAR Tri Riya Anggraini STKIP PGRI Bandar Lampung tri260211 Abstract This study examines the structure of physic in a collection of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. The four poems examined are “Kepada Peminta-Minta”, “Sajak Putih”, “Senja di Pelabuhan Kecil”, dan “Cintaku Jauh di Pulau”. The purpose of this study is to describe how the physical structure of four poems in question. The method used is qualitative description. The results show that the poems of Chairil Anwar contain a very rich stylistical element in terms of dictionary selection, imagery, concrete words, figurative language, and rhyme. Keywords birth structure, style Abstrak Penelitian ini mengkaji struktur lahir pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Adapun empat puisi yang dikaji yakni “Kepada Peminta-Minta”, “Sajak Putih”, “Senja di Pelabuhan Kecil”, dan “Cintaku Jauh di Pulau”. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana struktur lahir dari empat puisi tersebut. Metode yang digunakan yakni deskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi-puisi Chairil Anwar mengandung unsur stilistika yang sangat kaya yang ditinjau dari pemilihan diksi, citraan, kata-kata konkret, bahasa figuratif, dan rima. Kata-kata kunci struktur lahir, stilistika PENDAHULUAN Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal ini setiap penulis memiliki cara dalam mengemukakn gagasan dan gambarannya untuk menghasilkan efek-efek tertentu bagi pembacanya. Secara menyeluruh kajian stilistik berperan untuk membantu menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai sebuah karya sastra. Selanjutnya, karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Aminuddin 199767 mengemukakan terdapat jenis karya sastra yaitu puisi dan prosa fiksi. Dalam hal ini perbedaan karakteristik karya sastra mengakibatkan perbedaan dalam tahapan pemaknaan dan penafsiran ciri dan penggambarannya. Pengarang memiliki kreativitas masing-masing dan setiap karya yang dihasilkan memperhatikan kebaharuan dan perkembangan sosial budaya. Misalnya puisi sebagai objek kajian yang dianalisis. Setiap orang tentunya pada umumnya memiliki pendapat dan penafsiran terhadap suatu puisi. Perbedaan itu muncul pula pada pemahaman seseorang, stilistika akan muncul dengan kekhasan Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 78 bahasa yang digunakan dan akan sangat berbeda dengan penggunaan bahasa sehari-hari. Sastra terbagi atas dua jenis yaitu sastra lama dan modern. Sastra ini menjadi objek yang diamati dalam penelitian sastra, sastra modern dapat meliputi puisi, prosa maupun drama. Berdasarkan hal tersebut menurut Ratna 200919 dari ketiga jenis sastra modern dan sastra lama, puisilah yang paling sering digunakan dalam penelitian stilistika. Puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Dibandingkan dengan prosa yang memiliki ciri khas pada cerita plot sedangkan ciri khas drama pada dialog. Pada lingkupnya puisi diciptakan oleh seseorang dengan melukiskan dan mengekspresikan watak-watak yang penting si pengarang, bukan hanya menciptakan keindahan. Aminuddin 199765 menyatakan dalam puisi misalnya membutuhkan efek-efek emotif yang mempengaruhi karya sastra. Efek-efek tersebut dapat diperoleh melalui kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain sebagainya. Dengan kriteria tersebut membantu dalam menganalisis sebuah puisi. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar untuk dianalisis. Chairil Anwar pula memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Menurut Ratna 2009353 keberhasilan puisi Chairil Anwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1 representasi visual melalui komposisi, sususnan baris dan bait, 2 efesiensi bahasa, penggunaan kata-kata secara singkat sederhana, tetapi penuh energi, 3 pembawa aliran baru, sebagai ekspresionisme, 4 kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5 keberhasilannya dalam menggugah emosi pembaca. Dengan demikian keindahan puisi pada dasarnya membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan karya sastra. Penelitian kajian stilistika sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Ali Imron Al-Ma‟ruf dalam disertasinya dengan judul Kajian Stilistika Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari Perspektif Kritik Seni Holistik. Sastra terbagi atas dua jenis yaitu sastra lama dan modern. Sastra ini menjadi objek yang diamati dalam penelitian sastra, sastra modern dapat meliputi puisi, prosa maupun drama. Berdasarkan hal tersebut menurut Ratna 200919 dari ketiga jenis sastra modern dan sastra lama, puisilah yang paling sering digunakan dalam penelitian stilistika. Puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Dibandingkan dengan prosa yang memiliki ciri khas pada cerita plot sedangkan ciri khas drama pada dialog. Pada lingkupnya puisi diciptakan oleh seseorang dengan melukiskan dan mengekspresikan watak-watak yang penting si pengarang, bukan hanya menciptakan keindahan. Aminuddin 199765 menyatakan dalam puisi misalnya membutuhkan efek-efek emotif yang mempengaruhi karya sastra. Memperoleh efek-efek tersebut dapat melalui kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain sebagainya. Dengan kriteria tersebut membantu dalam menganalisis sebuah puisi. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih beberapa puisi karya Chairil Anwar untuk dianalisis. Chairil Anwar memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Menurut Ratna 2009353 keberhasilan puisi Chairil Anwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1 representasi visual melalui komposisi, sususnan baris dan bait, 2 efesiensi bahasa, penggunaan kata-kata secara singkat sederhana, tetapi penuh Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 79 energi, 3 pembawa aliran baru, sebagai ekspresionisme, 4 kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5 keberhasilannya dalam menggugah emosi pembaca. Dengan demikian keindahan puisi pada dasarnya membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan karya sastra. Dengan menganalisis bahasa yang dipolakan secara khas, dapat menunjukkan kekompleksitasan dan kedalaman bahasa teks sastra tersebut dan juga menjawab tentang bagaimana bahasa tersebut memiliki kekuatan yang menakjubkan termasuk kekuatan kreativitas karya sastra. Stilistika merupakan kritik terhadap studi karya yang secara tradisional sebagai cabang estetika. Padangan estetika tersebut berhubungan dengan efek-efek total yang timbul ketika berhadapan dengan karya sastra dan efek tersebut dianggap sebagai keseluruhan artistik. Jadi, kritik sastra tradisional tersebut menggunakan teori estetika dengan mendalilkan nilai-nilai keuniversalan artistik. Kajian stilistika adalah sebuah proses analisis karya sastra puisi dengan melihat bagaimana unsur-unsur bahasa sebagai medium karya sastra itu sendiri digunakan oleh penyair yang bertujuan untuk memperlihatkan perlakuannya terhadap bahasa tersebut dalam rangka menuangkan gagasannya. Oleh karena itu, semua daya yang berhubungan analisis bahasa dikerahkan untuk mengungkapkannya. Dengan demikian, proses analisis yang digunakan meliputi diksi, citraan, kata-kata konkret, dan bahasa figuratif tanpa melupakan struktur batin yang diperoleh ketika membaca puisi tersebut. Semua upaya yang dilakukan demi kepentingan apresiasi terhadap puisi yang dikaji. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah struktur lahir yang terdapat dalam puisi Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar? KAJIAN TEORI Hakikat Stilistika Stilistika stylistic dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Secara etimologis stylistic berhubungan dengan kata style yaitu gaya. Style dapat didefinisikan sebagai the manner of linguistic expression in prose or verse – as how speakers or writers say whatever it is that they say Abrams dalam Wicaksono, 2017263. Gaya merupakan ekspresi kebahasaan dalam sastra sebagaimana sastrawan mengungkapkan dalam karyanya. Dengan demikian, stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Gaya bahasa yang muncul ketika pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa ini merupakan efek seni dan dipengaruhi oleh hati nurani. Melalui gaya bahasa itu seorang penyair mengungkapkan idenya. Pengungkapan ide yang diciptakan melalui keindahan dengan gaya bahasa pengarangnya Endraswara, 201172-73. Melalui ide dan pemikirannya pengarang membentuk konsep gagasannya untuk menghasilkan karya sastra. Aminuddin 199768 mengemukakan stilistika adalah wujud dari cara pengarang untuk menggunakan sistem tanda yang sejalan dengan gagasan yang akan disampaikan. Namun yang menjadi perhatian adalah kompleksitas dari kekayaan unsur pembentuk karya sastra yang dijadikan sasaran kajian adalah wujud penggunaan sistem tandanya. Secara sederhana menurut Sudiman dikutip Nurhayati, 20088 “Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam karya sastra”. Konsep utamanya adalah penggunaan bahasa dan gaya bahasa. Bagaimana seorang pengarang mengungkapkan karyanya dengan dasar dan pemikirannya sendiri. Dalam hal ini, untuk memahami konsep stilistik secara seksama Nurhayati 20087 mengemukakan pada dasarnya stilistika memiliki dua pemahaman dan Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 80 jalan pemikiran yang berbeda. Pemikiran tersebut menekankan pada aspek gramatikal dengan memberikan contoh-contoh analisis linguistik terhadap karya sastra yang diamati. Selain itu pula stillistika mempunyai pertalian juga dengan aspek-aspek sastra yang menjadi objek penelitiannya adalah wacana sastra. Stilistika secara definitif adalah ilmu yang berkaiatan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa. Dalam pengertiannya secara luas stilistika merupakan ilmu tentang gaya, meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia Ratna, 2011167. Tujuan Kajian Stilistika Stilistika sebagai salah satu kajian untuk menganalisis karya sastra. Endraswara 201172 mengemukakan bahasa sastra memiliki tugas mulia. Bahasa memiliki pesan keindahan dan sekaligus pembawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra menjadi hambar. Keindahan suatu sastra dipengaruhi oleh kemampuan penulis mengolah kata. Keindahan karya sastra juga memberikan bobot penilaian pada karya sastra itu. Selain itu, menurut Sudjiman dikutip Nurhayati 200811 mengemukakan titik berat pengkajian stilistik adalah terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu sastra, tetapi tujuan utamanya adalah meneliti efek estetika bahasa. Keindahan juga merupakan bagian pengukur dan penentu dari sebuah sastra yang bernilai. Pengkajian stilistika pada dasarnya meneliti gaya sebuah teks sastra secara rinci dengan sistematis memperhatikan preferensi penggunaan kata, struktur bahasa, mengamati antarhubungan pilihan kata untuk mengidentifikasikan ciri-ciri stilistika stilistic features yang membedakan pengarang sastrawan karya, tradisi, atau periode lainnya. Ciri ini dapat bersifat fonologi pola bunyi bahasa, matra dan rima, sintaksis tipe struktur kalimat, leksikal diksi, frekuensi penggunaan kelas kata tertentu atau retoris majas dan citraan Wicaksono, 2017272-273. Istilah stilistika telah diterapkan dengan prosedur kritis yang berusaha untuk menggantikan istilah subjektivitas serta impresionisme dalam standar analisis “tujuan” atau “ilmiah” stilistika karya sastra. Konsep linguistik modern mengidentifikasi kajian stilistika meliputi fitur gaya, atau “sifat formal” yang dianggap khas dari suatu kajian, atau seorang penulis, atau tradisi sastra, atau era. Fitur kajian dapat berupa fonologis pola ujaran, suara, atau sajak, atau sintaksis tipe struktur kalimat, atau leksikal abstrak vs kata konkret, frekuensi relatif dari kata benda, kata kerja, kata sifat, atau retorika pemakaian karakteristik gaya bahasa pemajasan, perumpamaan, dan sebagainya. Sumber Objek Penelitian Stilistika Penelitian stilistika menuju kepada bahasa, dalam hal ini merupakan bahasa yang khas. Menurut Ratna 200914 bahasa yang khas bukan pengertian bahwa bahasa dan sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari dan bahasa karya ilmiah. Ciri khasnya yaitu pada proses pemilihan dan penyusunan kembali. Hal tersebut merupakan analog dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan proses seleksi, manipulasi dan mengombinasikan kata-kata. Bahasa yang memiliki unsur estetis, berbagai fungsi mediasi, dan emosionalitas. Dalam hal ini kekuatan dalam karya seni adalah kekuatan untuk menciptakan kombinasi baru, bukan objek baru. Dengan demikian seperti yang telah dikemukan sebelumnya jenis sastra puisilah yang dianggap sebagai objek utama stilistika. Puisi memiliki medium yang terbatas sehingga keterbatasannya sebagai totalitas puisi yang hanya terdiri dari beberapa baris harus mampu menyampaikan pesan sama dengan sebuah cerpen, bahkan juga novel yang terdiri atas banyak jumlah halaman. Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 81 Struktur Lahir Puisi Pembentuk utama unsur puisi selain bahasa adalah keindahan. Menurut Nurhayati 200830-38 terdapat struktur lahir dari puisi yang digunakan untuk menganalisis bahasa. Struktur lahir tersebut adalah sebagai berikut 1 Diksi, pemilihan kata sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang penuh pemadatan. Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih kata-kata. Penyair harus cermat agar komposisi bunyi rima dan irama memiliki kedudukan yang sesuai dan indah. Selain itu, Tarigan 201129 mengemukakan diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair. 2 Citraan, merupakan penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, pikiran dan setiap pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud adalah citraan yang meliputi gambaran angan-angan dan pengguna bahasa yang menggambarkan angan tersebut, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Secara spesifik Tarigan 201131 dalam menciptakan karya penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa dan perasaan tersebut. 3 Kata-kata konkret, merupakan kata yang dapat melukiskan dengan tepat, membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh pengarang. Tarigan 201132 mengungkapkan salah satu cara membangkitkan daya bayang imajinasi para penikmat puisi adalah menggunakan kata-kata yang tepat, kata yang dapat menyarankan suatu pengertian secara menyeluruh. 4 Bahasa figuratif, untuk memperoleh kepuitisan, penyair menggunakan bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas. Menurut Endraswara 201173 terdapat dua macam bahasa kiasan atau stilistik kiasan, yaitu gaya retorik dan gaya kiasan. Gaya retorik meliputi eufemisme, paradoks, tautologi, polisedeton, dan sebagainya. Sedangkan gaya kiasan amat banyak ragamnya antara lain alegori, personifikasi, simile, sarkasme, dan sebagainya. Menurut Ratna 2009164 majas figure of speech adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. 5 Rima dan ritma, merupakan pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi merdu bila dibaca. Bentuk-bentuk rima yang paling sering muncul adalah aliterasi, asonansi, dan rima akhir. Bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang teratur. Gerak yang teratur tersebut di sebut ritma atau rhythm. Tarigan 201135 mengatakan rima dan ritma memiliki pengaruh untuk memperjelas makna puisi. METODE Metode yang dipilih untuk penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yakni sebuah metode yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Data yang digunakan adalah 4 buah puisi karya Chairil Anwar yang diambil dari buku kumpulan Puisi Deru Campur Debu. Adapun keempat puisi tersebut berjudul “Kepada Peminta-Minta”, “Sajak Putih”, “Senja di Pelabuhan”, dan “Cintaku Jauh di Pulau”. Adapun teknik pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan 1 mengumpulkan data berupa pustaka-pustaka yang relevan, 2 memilih dan menyeleksi data yang telah terkumpul, 3 menganalisis kumpulan puisi dengan pendekatan stilistik, 4 mengabstraksikan data, dan 5 menyusun laporan penelitian. Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 82 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Lahir pada Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 1. Diksi/Pemilihan Kata a. Diksi pada Puisi Kepada Peminta-Minta Kata-kata dalam puisi “Kepada Peminta-minta” memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama. Tokoh aku dan dia memerlukan interprestasi sendiri untuk menentukannya. Hal ini memerlukan pemahaman menyeluruh. Secara umum, puisi sulit dipahami. Dengan demikian penggunaan kata konotatif dalam puisi tersebut cukup menjadi perhatian. Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk mengungkapkan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna konotatif. Jadi, penggunaan kata konotatif dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Penggunaan kata konotatif juga untuk menciptakan efek estetis. Sesuai dengan judulnya, puisi tersebut banyak menggunakan kata konotasi. Misalnya pada baris ke empat Nanti darahku jadi beku. Hal ini merupakan makna konotasi yang memerlukan pula makna konotasi pada baris 6 Sudah tercacar semua di muka. Secara keseluruhan baris dalam puisi ini memiliki makna kiasan yang perlu untuk ditelaah sebelumnya. Bukan jenis citraan yang mengandung makna denotasi yang secara umum mudah untuk langsung dipahami. Pemilihan kata pada baris genap tidak terlepas dari kata yang digunakan pada 2 baris pertama. Misalnya pada baris pertama penyair mengatakan dia akan menghadap Dia, maka pada baris kedua kata menyerahkan diri dan segala dosa dirasa sangat cocok konteksnya. Pada baris ketiga dan keempat penyair meminta untuk jangan menentang dirinya lagi, maka darahnya akan menjadi beku, hal ini sesuai konteksnya. Pada baris kelima dan keenam penyair meminta untuk jangan bercerita lagi, semua sudah tercacar dimuka. Baris ketujuh dan kedelapan penyair nanah meleleh dari luka sambil berjalan kau usap juga. Dari hal itu terlihat pemilihan kata yang tepat sekali yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata diksi dalam puisi “Kepada Peminta-minta” mempunyai efek kecewa, menyerah, letih, terluka, sedih, berat, dan risau. Hal itu dapat terlihat dari penggunaan kata menyerahkan diri, tentang, luka, tercacar, meleleh, menghempas, mengerang, merebah, menetas. Sedangkan adanya risau terlihat dari apa yang di ungkap oleh penyair yaitu mengganggu, menghempas, merasa pedas dan mengaum di telinga. Selain itu, penyair juga menggunakan pilihan kata yang menciptakan efek letih, menyerah, kecewa, terluka, dan risau. Kesimpulan dari analisis gaya kata adalah puisi “Kepada Peminta-minta” selain menggunakan kata konotatif untuk mengungkapkan gagasan dan untuk mencapai efek estetis. b. Diksi pada Puisi “Sajak putih” Diksi memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh, seperti pada baris ke tiga “Di hitam matamu kembang mawar dan melati”, Mawar dan melati mengandung majas metafora yang berarti lain, sesuatu yang indah atau cinta yang murni dan menggairahkan seperti keindahan bunga mawar yang merah dan melati putih yang mekar. Dengan demikian penggunaan kata metafora dalam puisi tersebut cukup menjadi perhatian. Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk membandingkan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna metafora. Berikutnya penyair menggunakan diksi harum rambutmu mengalun bergelut senda. Penggunaan diksi ini dipilih oleh penyair untuk mengenang seorang gadis cantik yang memiliki rambut indah serta memiliki sifat yang ramah dan menyenangkan dari kata senda. Diksi senda terdengar lebih indah dan memiliki Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 83 nilai estetis yang lebih dibanding kata bercanda atau bergurau. c. Diksi pada Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Pilihan kata banyak mengunakan kata-kata yang bernada muram, dipantulkan oleh kata-kata gudang, rumah tua, tiang, temali, kelam, laut, tidur, hilang ombak, ujung, desir, dll. Pada puisi ini, penyair lebih banyak menggunakan diksi yang menganalogikan segala hal sesuai dengan isi hatinya. Misalnya pada diksi gudang-gudang, rumah tua, yang membawa kita pada suasana saat itu, kotor, suram, berantkkan, dan tak terawat. Selain itu, penyair juga menggunakan diksi gerimis, kelam, muram, tidak bergerak, hilang ombak. Diksi ini dipilih oleh penyair untuk melukiskan kesepian si penyair terutama saat menanti sang kekasih Sri Aryati. Kemudian pada bait terakhir, penyair memilih diksi berjalan, harap, jalan, berdekap pada setiap bunyi akhir baris puisinya. Hal ini terkait dengan penyamaan rima abab. Penyair juga masih memilih diksi bernuansa muram dan kesepian yang tampak dari penggunaan kata pengap, penghabisan, sedu, dan selamat jalan. Diksi ini dipilih untuk mengungkapkan selain kesepian yang dirasakan oleh penyair, penyair juga akhirnya menyerah pada kehidupannya yang mungkin terlalu banyakk masalah dan rintangan yang harus dihadapi dan tibalah waktunya si penyair untuk meninggalkan dunia iniselama-lamanya. d. Diksi pada Puisi Cintaku Jauh di Pulau Secara keseluruhan puisi “Cintaku Jauh di Pulau” karya Chairil Anwar secara sekilas mengusung tema kasih tak sampai. Hal ini terlihat jelas pada kata-kata di setiap baitnya yang bernada pesimis dan penyesalan. Penyair menuliskan kesedihan karena ajal terlalu cepat menjemput, sebelum si aku lirik berhasil mendapatkan cintanya. Seseorang yang berada jauh dari dirinya. Penyesalan tersebut ditunjukan pada bait ke-4, berikut. Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama „kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Namun, bila kita telaah lebih dalam, puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” ciptaan Chairil ini lebih menyiratkan penyesalan seseorang atas segala tindakan karena telah menyia-nyiakan wanita yang sangat dicintai, dan ketika ia sadar akan cinta dan kasih sayangnya yang sejati, ajal terlebih dahulu menjemputnya. Secara keseluruhan, makna yang terkandung dalam puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” adalah sekelumit gambaran hidup sang penyair. Penulis meresepsikan sebuah karya dengan judul “Cintaku Jauh Di Pulau” adalah sebuah cerita tentang bagaimana si Chairil mendapatkan hikmah dari penyakit yang dideritanya, yaitu sebuah jalan yang selama ia sehat tak pernah ditemukan. Maksudnya, ketika Chairil menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan akibat seringnya berganti-ganti pasangan, ia menyadari bahwahanya ada satu gadis yang benar-benar ia cintai. Namun, karena ia tahu bahwa ajal akan cepat menjemputnya, ia merasakan ada sebuah jarak yang membentang luas. Dalam puisi dikatakan cintaku jauh di pulau. Kata yang mewakili keputusasaannya terhadap penyakit yang tak dapat dilawannya. 2. Citraan a. Citraan pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi melalui bahasa kias. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 84 pernyataan, dan setiap pengalaman indera yang istimewa. Citraan dibuat dengan pemilihan kata diksi. Dalam puisi “Kepada Peminta-minta” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Citraan visual penglihatan terlihat pada baris 1, dan 10 yaitu menghadap dan memandang. Citraan perabaan terdapat pada baris 8, yaitu kata usap. Memaknai usap dapat dirasakan dengan indera perabaan. Citraan pendengaraan terlihat pada baris 9 dan 16, yaitu pada kata bersuara dan mengaum. Dalam hal ini kata bersuara dan mengaum dapat dirasakan oleh indera pendengaran. Selain itu pula terdapat citraan pengecap yaitu pada baris 15 pada kata pedas. Rasa pedas dapat dirasakan melalui indera pengecap. Kesimpulannya adalah puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Citraan membantu pembaca dalam menghayati makna puisi. Puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan visual penglihatan, pendengaran, pengecap dan citraan perabaan. b. Citraan pada Puisi “Sajak Putih” Dalam puisi “sajak putih” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan tidak langsung. Seperti citraan visual penglihatan terlihat pada baris kedua dan kedelapan yaitu “Kau depanku dan menarik menari”. Baris ini menggunakan pilihan kata yang dapat membangkitkan citraan visual sehingga kita bisa membayangkan saat penyair juga melihat seseorang di depannya dan menari-nari. Citraan indera pencium, terlihat pada bait keempat yaitu “Harum rambutmu” ini digunakan penyair saat pengenang seorang gadis yang memiliki rambut yang indah. Citraan indera pendengaran terlihat pada baris kelima yaitu “Sepi menyanyi” mengumpamakan bagaimana kesunyian malam itu yang terdengarhanya bisikan doa yang samar-samar. Citraan pendengaran juga terdapat pada baris “Dan dalam dadaku memerdu lagu” yang melukiskan saat si penyair merasakan seperti ada alunan lagu di dalam hatinya ditambah tarian seorang wanita di depannya serta menarik dan mengajaknya agar turut menari. Jadi kesimpulannya dari “sajak putih” adalah memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyairPuisi “sajak putih” memanfaatkan citraan penglihatan, penciuman, dan citraan pendengaran. c. Citraan pada Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Dalam puisi ini tergambar banyak citraan penglihatan mulai dari baris pertama dan kedua berikut. Di antara gudang-gudang, rumah tua , pada cerita Kapal, perahu tiada yang berlaut Pada sajak di atas menyatakan citraan penglihatan si penyair yang seperti melihat antara gudang, rumah tua serta mengumpamakan dirinya seperti kelamnya senja di pelabuhan. Di sini juga digambarkan suramnya hari itu seperti hatinya yang merasa sepi dan sendiri. Citraan pendengaran seolah terdapat pada baris “desir hari lari berenang”, namun di sini sesungguhnya merupakan citraan perasaan yakni desir dapat bermakna jalannya. Artinya, si penyair merasakan hari-hari begitu cepat berlalu seperti berlari dan berenang. Citraan visual juga terdapat pada baris “Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak”. Di sini si penyair melukiskan dirinya telah berusaha untuk mencari apa yang diinginkannya, apa yang dingin ditemuinya, namun nyatanya hal itu tidak dapat terpenuhi, semua hilang tidak bergerakseperti dirinya yang perlahan-lahan lelah dan mati. Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 85 d. Citraan pada Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Citraan dalam puisi ini yakni citraan perasaan dari baris pertama hingga baris terakhir. Penyair sedang merasakan sambil mengkhayal tentang sang pacar yang berada di seberang. Penyair ingin menyatakan cintanya pada sang pacar namun apadaya si penyair merasa bahwa dia tidak akan dapat menyatakan cintanya. 3. Kata Konkret a. Kata-Kata Konkret pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata konkret yang dapat membangkitkan citraan seperti berjalan, melangkah, mengempas, merebah menunjukkan citraan gerak dan beberapa citraan lainnya. Kata-kata kongkret tersebut jelas menunjukkan sikap tindakan baik dari si peminta-minta maupun pengarang. Kata-kata konkret yang menggambarkan unsur-unsur puisi secara tepat dengan tujuan pengarang agar pembaca dapat merasakan keadaannya. b. Kata-Kata Konkret pada Puisi “Sajak Putih” Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata konkret di hitam matamu, harum, memerdu lagu yang dapat membangkitkan citraan seperti penglihatan, penciuman, pendengaran. Kata-kata konkret tersebut sangat jelas menunjukan sikap tindakan baik dan pujian dari penyair. c. Kata-Kata Konkret pada Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Kata-kata konkret yang terdapat dalam puisi ini yaitu kelam, muram, hilang, sendiri, pengap, terdekap. Kata-kata konkret ini digunakan untuk menggambarkan citraan perasaan, yakni perasaan si penyair yang kesepian dan kehilangan harap. Bahkan untuk menyatakan cinta pun ia merasa pesimis seperti tanah dan air yang tidur hilang oleh ombak. d. Kata-Kata Konkret pada Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Kata-kata konkret pada puisi ini yaitu melancar, memancar, terang, mendayu, dan penghabisan. Kata-kata ini seolah ingin menggambarkan kontradiksi yang dialami oleh penyair mengenai situasi yang mendukung namun bertolak belakang dengan perasaan yang ragu apakah ia dapat menyatakan cintanya pada sang pacar. 4. Bahasa Figuratif a. Bahasa Figuratif pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Dalam puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebih-lebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia. Majas hiperbola berikutnya yakni pada baris “Mengaum di telingaku” yang berarti teriak-teriak di hadapannya dengan menggunakan suara yang sangat keras sehingga digunakanlah kata mengaum, bukan berbicara atau memanggil. b. Bahasa Figuratif pada Puisi “Sajak Putih” Dalam puisi “sajak puitih” karya Chairil Anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ketiga, yaitu “dihitam matamu kembang mawar dan melati”, merupakan majas metafora yang bersifat membandingkan sesuatu secara langsung. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris kesembilan, yaitu terjadi pengulangan kata, “Hidup dari hidupku”. Majas repetisi ini digunkan sebagai penekanan dari maksud hidup si penyair. Majas personifikasi digunakan pada baris “Harum rambutmu mengalun bergelut senda”. Kata mengalun bergelut senda digunakan seolah-olah rambut si Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 86 gadis dapat ikut bersenda gurau seperti manusia. c. Bahasa Figuratif pada Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Gaya bahasa yang terdapat dalam puisi diatas adalah majas hiperbola yang ditemukan pada baris berikut. o ”dari pantai keempat sedu penghabisan bisa terdekap”. Kata ”sedu” melambangkan berpisahnya suatu hubungan percintaan yang seharusnya dapat diganti dengan kata menjadi. o ”perahu tiada berlaut” mengandung gaya bahasa metafora yang mengumpakan hidupnya seperti perahu tiada berlaut yakni melambangkan hati yang tiada keceriaan dan kegembiraan karena kehilangan cinta. o Desir hari lari berenang mengandung gaya bahasa personifikasi yakni hari yang diumpamakan dapat lari dan berenang seperti makhluk hidup. d. Bahasa Figuratif pada Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Gaya bahasa yang digunakan pada puisi ini yakni personifikasi yang terdapat pada baris berikut. Angin membantu, laut terang, tapi terasa Angin diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yakni dapat membantu yang sebetulnya dapat diganti dengan angin pun mendukung. Penggunaan kata membantu ini digunakan untuk melukiskan bahwa angin atau kondisi pada saat itu mendukung untuk untuk penyair menyampaikan isi hatinya kepada sang pacar. Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama kan merapuh! Mengapa ajal memanggil dulu Sebelum ajal berpeluk dengan cintaku? Gaya bahasa yang digunakan pada kutipan di atas adalah alusio, yakni semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Hal ini terlihat dari jalan sudah bertahun kutempuh perahu yang bersama kan merapuh maksudnya adalah kehidupan yang ia lalui selama ini akan segera diakhiri dengan kematian. Makna ini didukung oleh penggunaan personifikasi pada ajal yang dapat memanggil. 5. Rima/Ritme a. Rima/Ritme pada Puisi “Kepada Peminta-Minta” Puisi “Kepada Peminta-minta” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vocal /a/ dan /u/. Sedangkan bunyi konsonan yang dominan yaitu bunyi /t/, /k/ dan /d/. Asonansi a terdapat pada baris puisi yaitu baris 1, 2, 5, 6, 7, 8. 17, dan 18 Misalnya, pada baris pertama yaitu Baik, baik aku akan menghadap Dia, pada baris ketiga Menyerahkan diri dan segala dosa. Asonansi u terdapat pada baris genap yaitu baris 3, 4, 13, 16, 19, dan 20. Misalnya, pada baris ketiga yaitu Tapi jangan lagi tentang aku, pada baris keempat Nanti darahku jadi beku. Asonansi a pada 2 baris pertama dan asonansi u pada 2 baris berikutnya mengesankan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tetap dan teratur yakni irama vokal aauu. Pada baris pertama dijumpai aliterasi d menghadap, dia. Aliterasi d juga terdapat pada baris 7, 10, 11, 13 dan 15 yakni pada kata dari, menghadang, datang, dalam, dan pedas. Pengulangan 4 baris pertama juga dilakukan untuk menambah bentuk asonansi dan aliterasi dalam puisi ini. Aliterasi k dapat dilihat banyak sekali digunakan. Beberapa di antaranya juga terdapat pada baris 1, 2, 4, 5, 6, 7, 14 dan 16 yakni pada kata baik, aku, akan, menyerahkan, beku, kau, muka, luka, keras dan ku. Berikutnya aliterasi t terdapat pada baris 3, 5, 11, 15, dan 16 yaitu tentang, Tri Riya Anggraini LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1 2017 77-88 87 bercerita, datang, terasa, dan ditelingaku. Selain asonansi dan aliterasi, terdapat pengulangan rima yang teratur yang disusun oleh penyair. Pada 2 baris pertama berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal a dan pada baris 3 dan 4 berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal u sehingga rima puisi tersebut mempunyai rima yang teratur yaitu aabb. Penggunaan gaya bunyi dengan variasi dan rima pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan sebuah irama yang indah. b. Rima dan Ritme pada „Puisi Sajak Putih” Puisi “sajak putih” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal /a/, /i/, dan /u/. Asonansi vokal /a/ terdapat pada baris puisi yaitu baris 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, dan 12. Misalnya asonansi vokal a, terletak pada baris kedua yaitu Kau depanku bertudung sutra senja, dan pada baris keempat yaitu Harum rambutmu mengalun bergelut senja. Asonansi vokal i terletak pada baris pertama yaitu Bersandar pada tali warna pelangi dan pada baris ketiga yaitu Dihitam matamu kembang mawar dan melati. Dari asonansi vokal diatas dapat disimpulkan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tepat dan beraturan yakni irama vokal i i a a, Sehingga dengan variasi dan irama pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan sebuah irama yang indah. c. Rima dan Ritme pada Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Masih mengikuti pola lama. Rima akhir setiap bait /ta-ta-ut-utabab dan /ang-ang-ak-akaabb, dan pada bait ketiga rima akhir berubah menjadi abab. Rima yang digunakan pada bait pertama berakhiran aakhiran a di sini bisa bermaksud si penyair ingin meluapkan dan melukiskan pada dunia tentang keadaan di sana saat itu. Lalu pada bait kedua terdapat kata kelam dan kata muram yang rimanya berakhiran am, pemilihan rima ini dilakukan untuk menyelaraskan bunyi antar kedua kata tersebut, selain itu makna kelam dan muram hampir sama, yakni menyatakan kesedihan, muram, dan tidak ada keceriaan yang menaunginya. Pada puisi senja di pelabuhan kecil ini memang memiliki kekhasan ritme dan rima yang indah. Si penyair memilih diksi yang tidak hanya menggunakan konotasi, tetapi juga dengan mempertimbangkan nilai keindahan bunyinya. Hal ini terlihat dari rima banyak kata seperti pada baris desir hari lari berenang. Mengapa tidak digunakan kata desir hari jalan berenang? Hal inilah yang dikatakan untuk menimbulkan makna estetika dalam puisi tersebut. Keindahan rima berikutnya terletak pada bait puisi terakhir. Secara apik, penyair memilih diksi yang menghasilkan rima abab layaknya pantun. Lalu, penggunaan kata pengap, harap, berdekap, menggunakan akhiran [ap] selain untuk keselarasan rima,pilihan kata tersebut juga digunakan untuk menyatakan makna tersirat kesedihan, sesak, lelah. Hal ini ditandai dengan bunyi akhiran [ap] tersebut yang apabila diucapkan, maka mulut akan mengatup yang menandakan ingin mengakhiri segala penantian atau mungkin penderitaan yang dialami oleh penyair. d. Rima dan Ritme pada Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Persamaan vokal pada baris akhir sangat dipentingkan pada puisi lama dan puisi modern sampai masa Chairil Anwar. Hal ini terlihat jelas dalam puisi “Cintaku Jauh di Pulau” karya Chairil Anwar. Rima yang berumus a-b dan a-b-a-b tampak jelas pada puisi tersebut. Bait pertama dan bait terakhir dituliskan oleh penyair dengan rima a-b, yakni Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri. Kemudian pada bait terakhir berbunyi Manisku jauh di pulau, kalau „kumati, diamati iseng sendiri. Selain itu, pada bait ke- 2,3, dan 4 ditampilkan penyair dengan persamaan Struktur Lahir Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar 88 vokal akhir yang berumus a-b-a-b. Persamaan tersebut terdapat pada bait ke-2, misalnya Perahu melancar, bulan memancar, Di leherku kalungkan ole-ole buat si pacar. Angin membantu, laut terang, tapi terasa Aku tidak „kan sampai padanya. Pada puisi “Cintaku Jauh di Pulau” juga banyak terdapat rima yang indah dan selaras. Misalnya, pada bait kedua yang bersajak aabb. Lalu pada bait ketiga, penyair menggunakan kata berakhiran fonem u yakni mendayu dan melaju yang mengisyaratkan kesunyian dan kepasrahan si penyair. Namun, pada bait keempat berakhiran fonem a yang bertujuan untuk meluapkan emosi si penyair. Si penyair seperti ingin berteriak. Kemudian pada bait kelima, penyair juga masih menggunakan pola rima aabbnamun keempat baris dalam bait ini menggunakan fonem u di akhir barisnya yang juga menyatakan kesedihan teramat dalam si penyair. Hal ini terlihat dari kata merapuh, ajal memanggil dulu, dan sempat berpeluk dengan cintaku. Jelas sekali di sini bahwa si penyair ingin menggambarkan penyesalannya yang besar karena ia harus menyerah pada kematian dan belum sempat mengutarakan perasaan cintanya pada orang dicintainya. SIMPULAN Kesuksesan sebuah karya sastra sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari nilai estetika yang dimiliki oleh suatu karya sastra. Nilai estetika ini salah satunya dapat ditinjau dari segi penggunaan gaya bahasa. Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi-puisi karya Chairil Anwar memang memiliki nilai estetika apabila ditinjau dari segi stilistika yang digunakannya. Hal ini tidak terlepas dari penggambaran perasaan nyata yang dirasakannya lalu dituangkan dalam bentuk puisi, sehingga para pembaca seolah-olah dapat merasakan apa yang penyair rasakan. DAFTAR PUSTAKA Aminnuddin. 1997. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang CV. IKIP Semarang. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPS. Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta Gramedia. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Nurhayati. 2008. Teori dan Aplikasi Stilistik. Penerbit Unsri. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, dan Budaya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Tarigan, H. G. 2011. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung Angkasa. Wicaksono, Andri. 2017. Pengkajian Prosa Fiksi Edisi Revisi. Yogyakarta Garudhawaca. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Nurhayati NurhayatiKajian stilistik merupakan kajian relasional antara kajian linguistik dan kajian kesasteraan karena pada dasarnya objek kajian sendiri adalah karya sastra. Dengan kajian ini diharapkan dapat dijelaskan interaksi yang rumit antara bentuk dan makna karya sastra yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para kritikus sastra. Karena medium karya sastra termasuk puisi adalah bahasa yang umumnya dipolakan secara khas maka kajian stilistik dapat menunjukkan kekomplekan bahasa karya sastra. Bahasa karya sastra umumnya menyimpang dari konvensi bahasa, kajian yang menggunakan pendekatan ini dapat membantu memahami karya sastra terlebih-lebih karya sastra Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPSSuwardi EndraswaraEndraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta KerafKeraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta NurgiyantoroNurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University G TariganTarigan, H. G. 2011. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung Prosa Fiksi Edisi RevisiAndri WicaksonoWicaksono, Andri. 2017. Pengkajian Prosa Fiksi Edisi Revisi.
Berpuisidan Diterima35 Contoh teks puisi Chairil Anwar, puitis dan penuh makna Jul 31, 2022 · Saya tidak tahu dan mungkin tidak ada yang tahu kecuali beliau sendiri. Kumpulan sajaknya: Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (bersama Rivai Apin + Asrul Sani, 1950). Sajak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segla macam kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan teori, ide, dan sistem berfikir, tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori, atau sistem berfikir manusia. Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha kebutuhan keindahan manusia. Disamping itu, sastra harus pula mampu menajadi wadah penyampaiaan ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan manusia. Dalam proses kreatif karya sastra, banyak unsur yang terlibat di dalamnya, seperti ilmu pengetahuan, wawasan, pemikiran, keyakinan, dan pengalaman fisik, serta unsur imajinasi pengarang. Unsur yang terakhir itu sangat memegang peranan penting dan memberi nilai lebih, bahkan menjadi nilai dari karya sastra. Karya sastra lahir dan bersumber dari pengalaman sastrawan sendiri, baik dalam bentuk pengalaman lahiriyah maupun pengalaman bathiniyah. Secara sadar atau tidak sadar, sastrawan mengungkapkan pengalaman tersebut ke dalam karyanya yang dimaksudkan sebagai konsumsi mental dan pikiran orang lain. Pada waktu karya sastra ditulis, ada orang lain dalam pikiran pengarang, dan setelah karya sastra ditulis orang lain itu tidak lain adalah pembaca. Dengan demikian, melalui karyanya, pengarang menghimbau dan mengajak pembaca untuk ikut mengalami dan mengajak pembaca untuk ikut mengalami dan merasakan pengalaman lahir atau batinnya yang pernah dialami dan dirasakannya. Karya sastra juga merupakan produk imajinasi pengarang, yaitu sebuah hasil proses pemikiran dan pengamatan intens pengarang terhadap kehidupan. Imajinai itu tidak muncul tanpa danya fakta yang dipikirkan. Puncak dari pemikiran memunculkan konsep yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya sastra. Sastra sebagai salah satu dunia ekspresi juga tidak terlepas dari proses pemikiran, artinya pola berfikir penulis atau pengarang akan menentukan pola dan corak karyanya. Dari sinilah bermula beragamnya karya dengan ciri khas tertentu, yang membedakan antara karya pengarang yang satu dengan pengarang yang lainnya. Tentu telah sering mendengar kata puisi, tetapi setiap kalidiminta untuk menjelaskan pengertian puisi, sering menjumpai kesulitan karena begitu banyak ragam puisi sehingga rumusan tentang pengertian puisi. Secara etimologi puisi berasal dari bahasa Yunani pocima “membuat’ atau poeisis, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poerty. Puisi diartikan membuat dan pembuatan, karena dalam puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia sendiri, yang memungkinkan berisi pesan atau gambaran suasana-suasan tertentu, baik fisik maupun batiniah Aminuddin, 2011134. Puisi mudah dijumpai di kolom sastra pada edisi hari Minggu pada surat kabar yang terdiri sebanyak 4-6 puisi. Terkadang pembaca susah memahami isi maksud yang pengarang sampaikan, namun ada pula yang bisa langung menebak maksud pengarang yang disampaikan melalui puisi tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pembaca agar mengetahui makan yang tersimpan dalam puisi tersebut, salah satunya membacanya berulang-ulang, mencari unsur-unsur dasar dalam puisi unsur intrinsik, atau menggunakan teori atau pendekatan dalam mengkaji karya sastra. Bahasa yang terdapat dalam sebuah puisi terkadang terlalu susah dicari maknanya, karena bahasa dalam puisi bersifat ambigu dan homonitas, yangtentunya tidak dapat dilepaskan dengan sifatnya konotatif. Menurut Hudson dalam Aminuddin, 2011134 mengatakan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang mengungkapkan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisa yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukis. Semiotik atau studi tentang sistem lambang pada dasarnya merupakan lanjutan dari strukturalisme. Sebab itu semiotika sering juga disebut strukturalisme semiotik. Bagi semiotika teks sastra sebagai realitas yang dihadirkan di hadapan pembaca, di dalamnya pasti sudah ada potensi komunikatif Aminuddin, 2011124. Lambang kebahasaan dalam teks sastra, sebagai sesuatu yang hadir lewat motivasi subjektif pengarang, pemaknaan dengan demikian juga merujuk pada sesuatu yang lain di luar struktur yang terdapat dalam teks sastra itu sendiri. Unsur-unsur luar yang ditujukan itu akan mengacu berbagai fenomena yang kompleks. Oleh sebab itu, supaya pemahaman terhadapnya pun sangat beragam. Akan tetapi, sesuai dengan terdapatnya empat dimensi daalam teks sastra Aminuddin, 2011124. Karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan dan keinginan pengarang lewat bahasa. Bahasa itu sendiri tidak sembarang bahasa, melainkan bahasa khas. Yakni bahasa yang memuat tanda-tanda atau semiotik. Bahasa itu akan membentuk sistem ketandaan yang dinamakan semiotik dan ilmu yang mempelajari masalah ini adalah semilogi. Semilogi juga sering di sebut semiotika, artinya ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam karya sastra Endaraswara, 201163. Dalam membahas simbol pada puisi, biasanya membedakan antara simbol pribadi, penyair modern dengan simbolnya yang pernah dipakai pengarang-pengarang sebelumnya dan sudah diphami secara luas. Mula-mula simbolisme pribadi berkonotasi negatif, tetapi perasaan dan sikap terhadap simbol puitis selalu ambivalen. Sukar mencari lawan kata pribadi dalam konteks ini Konsep Semiotik merupakan hubungan antara petanda dan penanda, yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara petanda dan penanda. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausualitas sebab-akibat. Simbol adalah tanda yang menunjukan tidak adanya hubungan alamiyah antara penanda dan petanda bersifat arbiter Model struktural semiotik muncul akibat ketidakpuasan terhadap kajian struktural. Jika struktural sekadar menitikberatkan aspek instrinsik, semiotika tidak demikian halnya, karena pemahaman semiotik mempercayai bahwa karya sastra memiliki sistem sendiri. Itulah sebabnya muncul kajian strukturalisme semiotik, artinya penelitian yang menghubungkan aspek-aspek struktural dengan tanda-tanda. Tanda sekecil apa pun dalam pandangan semiotik tetap diperhatikan. Istilah semiotik sering digunakan bersama dengan istilah semilogi. Istilah pertama, merujuk pada sebuah disiplin sedangkan istilah kedua merefer pada ilmu tentangnya. Baik semiotik maupun semiologi sering digunakan bersama-sama tergantung di mana istilah itu populer Endraswara, 201164. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ini meneliti “Analisis Simbol dalam Kumpulan Puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar Kajian Semiotika Peirce”. Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut 1 simbol 2 tanda, 3 penanda, 4 ikonisitas 5 indeks. Batasan Masalah Agar penelitian tetap terfokus dan tidak melewati ruanglingkup masalah di atas amak perlu adanya batasan masalah. Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini di batasi pada analisis simbol. Rumusan Masalah Rumusan Masalah Umum Secara umum masalah penelitian ini adalah bagaimana Analisis Simbol pada Kumpulan Puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar Kajian Semiotika Peirce. Rumusan Masalah Khusus Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan terarah perlu adanya perumusan masalah. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1 Bagaimana simbol cinta pada Tuhan dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar? 2 Bagaimana simbol cinta pada sesama dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar? 3 Bagaimana simbol cinta erotis dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar? Tujuan Penelitian Suatu penelitian dilakukan pasti mempunyai tujuan. Agar tujuan penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari pembahasan, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut. Tujuan Khusus Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk memperoleh gambaran objektif tentang “Analisis Simbol dalam Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar Kajian Semiotika Peirce”. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh diskripsi objektif tentang 1 Mendeskripsikan simbol cinta pada Tuhan dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar 2 Mendeskripsikan simbol cinta pada sesama dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar 3 Mendeskripsikan simbol cinta erotis dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Untuk menambah wawasan dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam mengapresiasi karya sastra khususnya puisi. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi sumbangan dalam teori sastra dan teori semiotik. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman yang berharga dalam penulisan karya ilmiah dan sebagai bekal untuk mengadakan penelitian selanjutnya dimasa yang akan datang. b. Bagi pembaca Hasil penelitian ini dapat mengembangkan kepribadian, kepekaan, dan wawasan pemikiran yang berkenaan dengan analisis simbol agar daya tangkap persepsi dan penalaran mengenai lingkup semiotik. Definisi Operasional Untuk menghindari salah tafsir dan salah persepsi terhadap pokok-pokok masalah yang terdapat dalam penelitian ini maka perlu di jelaskan batasan istilah penting berikut 1. Puisi adalah puisi berasal dari bahasa Yunani; Poima yang berarti membuat, atau Poesis yang berarti pembuatan, sedangkan dalam bahasa inggris disebut Poem’ atau Poetry’. Puisi diartikan sebagai membuat atau pembuatan, karena pada dasarnya melalui puisi seorang telah mampu membuat dan menciptakan suatu dunia tersendiri berdasarkan hasil pemikiran dan daya imajinasinya yang di dalamnya berisi amanat atau pesan serta gambaran suasana-suasana tertentu, baik berupa fisik maupun batin seseorang. 2. Semiotika adalah sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. 3. Simbol-simbol adalah menandai suatu tanda sebagai simbol adalah arti gandanya atau intensional arti gandanya. Setiap struktur pengertian adalah suatu arti langsung primer, sekunder, figuratif yang tidak dapat dipahami selain lewat arti pertama. ============================================================================== BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu yang Relevan Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui relevansinya. Penelitian Sayekti Handayani 2005 yang berjudul "Aspek Moral dalam Novel Biru Karya Fira Basuki Tinjauan Semiotik" mengungkapkan, berdasarkan analisis semiotik terhadap novel Biru, ditemukan bahwa 1 Aspek agama sebagai penentram batin yaitu tindakan yang dilakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta, 2 Aspek kepedulian terhadap lingkungan yaitu suatu tindakan peduli dalam pencemaran lingkungan, 3 Aspek korupsi dan memperkaya diri yaitu tindakan yang dilakukan bukan hanya karena alasan minimnya ekonomi, tetapi sudah merupakan suatu kebudayaan khususnya di Indonesia, 4 Aspek perselingkuhan yaitu alasan perselingkuhan salah satunya adalah tidak ada kecocokan antara keduanya, 5 Aspek pelecehan seksual yaitu pelecehan terhadap perempuan yang tidak hanya terbatas pada gerakan fisik, tetapi sudah mengarah pada tindakan kriminal yaitu perkosaan, 6 Aspek pergaulan bebas yaitu ada pergaulan tanpa batasan yang dilakukan sebagian anak muda dan salah satu penyebabnya adalah pengaruh lingkungan dan longgarnya moral agama dan efek sosial di kalangan anak muda. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Sayekti Handayani 2005 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh Penelitian Sayekti Handayani 2005 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian. Penelitian Evriana Lestyarini 2005 yang berjudul "Aspek Moral Novel Orang-orang Proyek Karya Ahmad Tohari Tinjauan Semiotik". Lestyarini mengungkapkan aspek moral yang terdapat dalam novel Orang-orang Proyek antara lain 1 aspek penyalahgunaan kekuasaan digambarkan melalui tokoh insinyur Dalkijo yang melakukan korupsi pada proyek pembangunan jembatan sungai Cibawor, 2 aspek kenakalan remaja melalui tokoh Bejo dan beberapa temannya tergolong anak muda yang suka bermain judi dan minuman keras, 3 aspek kriminalitas dilukiskan melalui perilaku orang-orang kampung dan para pekerja proyek yang melakukan pencurianterhadap bahan bangunan secara terang-terangan, 4 aspek ketidakpastian dapat diketahui dari tindakan insiyur Dalkijo dianggap suka memaksa kehendak kepada orang lain, dan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, 5 aspek keyakinan beragama tampak melalui tokoh insinyur Kabul yang taat beribadah sebagai umat beragama, 6 aspek kejujuran dilukiskan oleh tokoh insinyur Kabul memiliki pribadi yang jujur, lurus dan tidak mementingkan kepentingan sendiri, 7 aspek cinta kasih terhadap lawan jenis atau pria dan wanita digambarkan oleh Wati yang memiliki rasa cinta terhadap lawan jenisnya yaitu insinyur Kabul. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Evriana Lestyarini 2005 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh penelitian Evriana Lestyarini 2005 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian. Septefin Dyah Prabawani 2006 dalam penelitiannya yang berjudul "Aspek Moral dalam Cerita Banjaran Karna Versi Ki Nartosabdo Analisis Semiotik" mengungkapkan, berdasarkan analisis semiotik terdapat beberapa aspek moral dalam Cerita Banjaran Karna Versi Ki Nartosabdo, yakni aspek sikap ksatria bawalaksana sabdo pandeta ratu, aspek kesetiaan, aspek nasionalisme dan patriotisme. Aspek sikap ksatria bawalaksana sabdo pandeta ratu, dicerminkan sikap Karna pada saat ditemui Prabu Kresna tentang keberpihakkannya apabila terjadi perang Bhatarayudha, Karna menjawab dengan tegas akan tetap memihak pada Kurawa, bahkan berharap Bharatayudha harus terjadi. Dalam aspek kesetiaan digambarkan sikap Karna dalam menjunjung tinggi aturan atau hukum. Aspek nasionalisme dan patriotisme yaitu pada sikap lahiriah Karna tanpa ragu-ragu untuk tetap memihak dan menyatu dengan para Kurawa, meskipun batinnya tetap memihak Pandawa. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Septefin Dyah Prabawani 2006 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh penelitian Septefin Dyah Prabawani 2006 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ariyanto dan Abdul Kosim 2006 dengan judul “Kritik Sosial dalam Karikatur Harian Umum Solopos edisi bulan Januari-Maret 2007 Tinjauan Semiotik” . Ariyanto dan Abdul Kosim dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa nilai krisis kepercayaan terhadap sistem penerbangan di tanah air mengandung gagasan berupa ketidakpercayaan masyarakat terhadap jasa penerbangan pesawat Adam Air. Nilai krisis kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah mengandung gagasan berupa ketidakpercayaan rakyat terhadap program Gerakan Rakyat Menanam, kebijakan pemerintah yang tidak merakyat, ketidakefektifan program Askeskin. Nilai krisis sosialisme memiliki beberapa gagasan yaitu keegoisan pejabat DPRD, keegoisan pejabat pemerintah, keegoisan aparat kepolisian, keegoisan pejabat DPR. Adapun, nilai koboi-isme mengandung gagasan berupa perilaku liar seorang polisi. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Abdul Kosim 2006 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh penelitian Abdul Kosim 2006 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian. Struktur religiusitas kumpulan puisi “Deru Campur Debu” kanya Chairil Anwar oleh Ratnawati, Dalam penelitian tersebut dijelaskan secara dominan karya-karya sastra mengungkap aspek religiusitas secara langsung religiusitas otentik. Lebih detail dijelaskan bahwa religiusitas otentik yang terdapat dalam sastra tersebut tercermin dalam lima sikap yaitu rela, menerima, sabar, hormat dan rukun. Hukum agama yang digunakan dalam karya sastra tersebut adalah hukum agama Islam. Perbedaan dengan peneltian yang akan dilakukan terletak pada kajian dan judul yang di ambil masing-masing peneliti, sedangkan persamaan terletak pada judul puisi yang di ambil yaitu “Deru Campur Debu” kanya Chairil Anwar. Landasan Teori Pengertian Puisi Ada tiga bentuk karya sastra, yaitu; prosa, puisi, dan drama. Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis manusia. Karya –karya sastra lama yang berbentuk puisi misalnya; Mahabrata dan Ramayana. Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani; Poima yang berarti membuat, atau Poesis yang berarti pembuatan, sedangkan dalam bahasa inggris disebut Poem’ atau Poetry’. Puisi diartikan sebagai membuat atau pembuatan, karena pada dasarnya melalui puisi seorang telah mampu membuat dan menciptakan suatu dunia tersendiri berdasarkan hasil pemikiran dan daya imajinasinya yang di dalamnya berisi amanat atau pesan serta gambaran suasana-suasana tertentu, baik berupa fisik maupun batin seseorang Aminuddin, 1987134. Istilah puisi bukan suatu yang asing, namun untuk menjelaskan pengertian puisi seringkali mengalami kesulitan karena beragamnya bentuk puisi sehingga rumusan-rumusan pengertian puisi berbeda pula. Antar penyair yang satu dengan penyair yang lainnya mempunyai dasar pengertian yang berbeda tentang puisi. Rumusan pengertian puisi yang diberikan akan tidak sesuai jika diterapkan pada bentuk puisi yang berbeda. Dari hal itulah maka pendefinisian puisi sangat beragam bergantung pada sisi mana pengertian itu diberikan dan kedalaman pemahaman seseorang tentangnya. Walaupun sampai sekarang tidak dapat dijumpai pengertian puisi yang tepat untuk semua bentuk dan jenis puisi, kita dapat memakai ciri-ciri yang dimiliki oleh puisi. Beberapa tokoh memberikan penegtian puisi sangat beragam. Wiryosoedarmo mengatakan puisi sebagai karangan yang terikat oleh banyaknya baris dalam tiap bait, banyaknya kata dalam suku kata dalam tiap baris, rima dalam irama Pradopo, 20025. Hudson mengutip Mc Caulay memberikan pengertian puisi sebagai salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampainya untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, yaitu dengan kata-kata yang indah, penataan unsure bunyinya mampu mengungkap gagasan, angan-angan atau imajinasi serta ilusi tentang keindahan ketika membaca puisi tersebut 1987134. Waluyo 198725 memberikan pengetian puisi bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan persaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Ahmad 19783 mengumppulkan pendapat dari beberapa penyair romantik inggris dengan melihat unsure-unsur puisi yaituy; emosi, imajinasi, pemikiran, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan dan perasaan yang bercampur baur, menyimpulkan bahwa puisi sebagai proses ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Pradopo 20026 memberikan pengertian puisi merupakan rekaman dan interpretasi mpengalaman manusia yang penting kemudian diekspresikan dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat dikenali dari struktur lahir dan struktur batinnya. Memperhatikan struktur lahirnya, Mulyana mengatakan puisi merupakan bentuk kesusasteraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya, yang menghasilkna rima , ritma dan musikalitas. Sedangkan Reeves menyatakan puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh dengan daya pikat, sedang Samson lebih melihat puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional Waluyo, 198723. Dilihat dari struktur batin puisi, Waluyo 198723 mengumpulkan pendapat para tokoh mengenai puisi antara lain; Puisi adalah bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan Spenser, atau peluapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal dari emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian Johnson, ungkapan perasaan, pikiran dan emosional pengarang yang diwujudkan dalam bentuk keindahan. Waluyo pada satu kesimpulan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur lahir dan struktur batinnya 198725. Aminuddin 1987134 mengatakan bahwa pada dasarnya perumusan pengertian puisi tidak begitu penting, karena yang terpenting adalah bagaimana kita. Mampu menikmati puisi yang ada. Namun untuk sekedar pandangan agar kita tidak terlalu sulit untuk mendefinisikan puisi. Maka dapat disimpulkan dari beberapa tokoh mengenai pengertian puisi yang beragam, yaitu bahwa “Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikran dan perasaan penyair scara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya yang ditampilkan dengan susunan terindah”. Teori Semiotika Peirce Semiotika merupakan istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda’ atau sign dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Tanda-tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini. Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut; “Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory, semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang di miliki ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia”. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal-hal things. Memaknai to sinify dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan to communicate. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Semiotika yang merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja dikatakan juga semiologi. Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yaitu tanda, acuan tanda, dan pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita. Tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Kajian semiotik merupakan kajian terhadap tanda-tanda secara sistematis yang terdapat dalam karya sastra termasuk novel. Ada dua hal yang berhubungan dengan tanda, yakni yang menandai atau penanda yang ditandai atau penanda. Hubungan antara tanda dengan acuan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Simbol yang ada tentunya sudah mendapat persetujuan antara pemakai tanda dengan acuannya. Misalnya, bahasa merupakan simbol yang paling lengkap, terbentuk secara konvensional, hubungan kata dengan artinya dan sebagainya. Ada tiga macam simbol yang dikenal, yakni 1 simbol pribadi, misalnya seseorang menangis bila mendengar sebuah lagu gembira karena lagu itu telah menjadi lambang pribadi ketika orang yang dicintainya meninggal dunia, 2 simbol pemufakatan, misalnya burung Garuda atau Pancasila, bintang= keutuhan, padi dan kapas= keadilan sosial, dan 3 simbol universal, misalnya bunga adalah lambang cinta, laut adalah lambang kehidupan yang dinamis. Teori Simbol Kata “simbol” yang berasal dari kata Yunani sumballo berarti menghubungkan atau mengabungkan. Simbol merupakan suatu tanda, tetapi tidak setiap tanda adalah simbol. Simbol yang berstruktur polisemik adalah ekspresi yang mengkomunikasikan banyak arti. Bagi Ricoeur, yang menandai suatu tanda sebagai simbol adalah arti gandanya atau intensional arti gandanya. Ricoeur merumuskan bahwa setiap struktur pengertian adalah suatu arti langsung primer, sekunder, figuratif yang tidak dapat dipahami selain lewat arti pertama. Ketika masyarakat majemuk berinteraksi dengan masyarakat lain yang berbeda budaya, maka tatkala proses komunikasi dilakukan, simbol-simbol verbal atau nonverbal secara tidak langsung dipergunakan dalam proses tersebut. Penggunaan simbol-simbol ini acapkali menghasilkan makna-makna yang berbeda dari pelaku komunikasi, walau tak jarang pemaknaan atas simbol akan menghasilkan arti yang sama, sesuai harapan pelaku komunikasi tersebut Ricoeur dalam Rosyidi, 2010159 mendefiniskan simbol sebagai struktur penanda yang di dalamnya terdapat sebuah makna langsung, pokok atau literer menunjukkan kepada makna tambahan, makna lain yang tidak langsung, sekunder dan figuratif yang dapat dipahami hanya melalui yag pertama. Pembebasan ekspresi dengan sebuah makna ganda ini mengatakan dengan tepat wilayah hermeneutik. Sedangkan Noth 200645 mengatakan bahwa simbol merupakan kategori atas tanda-tanda arbitrer dan konvensional “suatu simbol merupakan tanda yang mengacu pada objek yang digambarkan oleh suatu hukum, biasanya asosiasi ide-ide umum”. Menurut Morris dalam Noth, 200655 mengatakan bahwa simbol merupakan tanda yang dihasilkan oleh interpretasinya yang bertindak sebagai pengganti atas tanda lain yang yang dianggap sinonim semua tanda yang bukan simbol. Lain halnya dengan Hjelmslev dalam Noth, 200671 mendefinisiakan simbol sebagai entitas nonsemiotik yang bisa diintepretasikan dalam termonologinya, entitas monoplanar itu dengan isomorfi ekspresi. Simbol banyak digunakan dalam bidang humariora dalam pengertian yang luas simbol merupakan sinonim tanda Noth, 2006115. Menurut Whitehead dalam Noth, 2006115 mangatakan setiap tindak persepsi tidak langsung merupakan simbol. Ogned dan Richrd dalam Noth, 2006115 mendefinisikan simbol sebagai tanda yang digunakan dalam komunikasi manusia. Maka, simbol yang diartikan Pierce sebagai tanda yang mengacu pada objek itu sendiri, melibatkan tiga unsur mendasar dalam teori segi tiga makna simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Di sini dapat dilihat, bahwa hubungan antara simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan petanda sifatnya konfensional. Masyarakat pemakainya menafsirkan ciri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan menafsirkan maknanya. Kajian simbol berjalan dengan dua kesulitan untuk masuk ke struktur gandanya, pertama, simbol memiliki bidang penelitian yang terlalu banyak dan terlalu beraneka ragam. Ke dua, konsep simbol melekat pada dua dimensi atau dua semesta wacana, yaitu suatu tatanan lingustik dan tatanan nonlingustik. Simbol limguistik dibuktikan oleh fakta bahwa simbol dibangun oleh simantik simbol yaitu teori yang menjelaskan struktur simbol berdasarkan makna signifikan Rosyidi, 2010159-160. Kompleksitas eksternal simbol ini dapat dijelaskan oleh teori metafora dengan tiga langkah 1. Mengindentifikasi benih semantik yang khas setiap simbol betapapun berbedanya masing-masing, berdasarkan struktur makna yang operatif dalam tuturan metaforis. 2. Berfungsinya metaforis bahasa akan membebaskan peneliti untuk memisahkan strata nonlinguistik simbol, penyebaran baru mengenai simbol ini akan menimbulkan perkembangan yang jauh dalam teori metafora yang jika tidak tersembunyi. Dengan cara ini, teori simbol akan mengizinkan peneliti untuk menyempurnakan teori metafora Ricoeur dalam Rosyidi, 2010153. Ciri makna semantik simbol diindentifikasi dengan melihat hubungan makna harfiah dengan figuratif dalam tuturan metaforis. Simbol dikaitkan dengan bahasa sebab simbol muncul jika ia di ujarkan, sedangkan metafora adalah pelaku ulang yang membahas aspek simbol Rosyidi, 2010160. Simbol tidak dapat hanya disikapi secara isolatif, terpisah dari hubungan asosiatifnya dengan simbol lainnya. Simbol berbeda dengan bunyi, simbol telah memiliki kesatuan bentuk dan juga makna. Maka, pada dasarnya simbol dapat dibedakan menjadi simbol-simbol universal, simbol kultural yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan tertentu, dan simbol individual Teori metafora berguna mengungkapkan simbol sehingga metafora memahami pelanggaran semantik pada kalimat menjadi model untuk perluasan makna. Maka simbol sebenarnya bertentangan dengan makna. Dalam makna simbol tentu tidak ada dua makna, maka dua makna itu menjadi satu tingkatan gerakan yang memindahkan dari satu tingkat linguistik ke tingkat nonlinguistik yang keduanya berasimilasi menjadi makna yang dicari Ricoeur dalam Rosyidi, 2010161. Simbol tidak bisa diatasi secara tuntas oleh bahasa konseptual, ada lebih banyak simbol dari pada persamaan konseptualnya. Untuk mengindentifikasi sisi nonsemantik simbol dengan metode kontras, maka setuju menyebutnya semantik ciri-ciri simbol. 1. Memungkinkan analisis linguistik dan analisis logis logis berdasarkan makna interpretasi. 2. Mempunyai persamaan metafora yang sesuai. Oleh karena itu, sesuatu dalam simbol tidak sesuai dengan metafora karena kenyataannya ini menolak transkripsi linguistik, sematik, atau logis Ricoeur dalam Rosyidi, 2010161. Simbolisme hanya bekerja ketika struktur ditafsirkan. Hermeneutik minimal demi fungsinya simbolisme apa pun. Akan tetapi, penjabaran linguistik ini tidak menekankan pada apa yang disebut ketaatan pada simbolisme yang khas semesta suci. Penafsiran suatu simbolisme, bahkan, tidak dapat terjadi jika mediasinya tidak disahkan oleh hubungan langsung antara makna dalam hierofani itu di bawah pertimbangan. Kesucian dalam membuka dirinya dalam mengatakan dirinya sebagai simbol Ricoeur dalam Rosyidi, 2010162. Kata-kata yang memiliki berbagai bentuk makna, yang sifatnya tidak langsung dan kias, demikian dapat dipahami dengan simbol-simbol tersebut. Simbol dan interpretasi konsep yang mempunyai pluraritas makna yang terkandung di dalam simbol atau kata-kata di dalam bahasa. Setiap interpretasi adalah upaya untuk membongkar makna yang terselubung. Oleh sebab itu, “Hermeneutika bertujuan menghilangkan misteri yang terdapat dalam sebuah simbol dengan cara membuka selubung daya-daya yang belum diketahui dan tersembunyi di dalam simbol-simbol tersebut” Wachid 2008 26-27. Simbol Cinta pada Tuhan Dalam semua agama ateis, Tuhan adalah nilai tertinggi yang paling didambakan. Cinta Tuhan adalah karunia. Sikap religius yang benar adalah mempercayai karunia ini dan menghayati diri sebagai yang kecil dan tak berdaya. Karakter cinta Tuhan berkaitan erat dengan pentingnya unsur-unsur patriarkhal dan matriarkhal dalam sebuah agama. Dalam konteks partiarkhal, Tuhan itu adil dan tegas; Dia memberi hukuman dan pahala. Sedangkan dari segi martriakhal dalam agama, Tuhan mencintai dan merengkuh kita, tidak pandang bulu, seperti layaknya ibu; menolong, melindungi dan mengampuni. Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan kepada tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Tuhan adalah pencipta, tetapi tuhan juga penghancur segalanya, bila manusia mengabaikan segala perintahnya. Karena itu ketakutan manusia selalu mendampingi hidupnya dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memujanya. Karena itu jelaslah bagi kita semua, bahwa pemujaan kepada tuhan adalah bagian hidup manusia, karena Tuhan pencipta semesta termasuk manusia itu sendiri. Dan penciptaan semesta untuk manusia. Pemujaan-pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini berarti manusia mohon ampun atas segala dosanya. Mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon ditambahkan segala keinginan kita. Cinta Tuhan merupakan manifestasi dari hubungan manusia dengan yang ghaib, yaitu yang menciptakannya. Cinta Tuhan lahir dari keyakinan agamanya, dan akan Tuhannya yang menentukan segala kehidupannya. Cinta Tuhan juga merupakan manifestasi dari kesediaan makhluk untuk berbakti kepada-Nya. Cinta terhadap Sang Maha cinta merupakan klimaks dari pada cinta itu sendiri. Di ranah agama cinta identik dengan Tuhan, nilai tertinggi dalam ajaran agama adalah cinta terhadap Sang Maha cinta. Puncak cinta manusia yang paling bening, jernih, dan spritual ialah cinta kepada Tuhan. Semua cinta bersumber dari agama karena cinta terlahir dari Tuhan. Cinta Tuhan berasal dari kebutuhan dan mengatasi keterpisahan serta untuk meraih kesatuan Fromm, 2004112. Cinta kepada Tuhan bukanlah pengetahuan mengenai Tuhan dalam pikiran dan bukan juga pikiran tentang cinta terhadap Tuhan, melainkan tindakan mengalami kesatuan dengan Tuhan. Hal ini mengarah pada penekanan cara hidup yang tepat Fromm 2004136. Cinta Tuhan merupakan manifestasi dari hubungan manusia dengan yang ghaib, yaitu yang menciptakannya. Cinta Tuhan lahir dari keyakinan agamanya, dan akan Tuhannya yang menentukan segala kehidupannya. Cinta Tuhan juga merupakan manifestasi dari kesediaan makhluk untuk berbakti kepada-Nya. Cinta Tuhan adalah bentuk cinta yang berdimensi spiritual yaitu hakikat cinta Ilahi di mana kita akan menemukan kedamaian dalam hening yang abadi. Cinta Tuhan merupakan wujud kesempurnaan dari rasa cinta. Kita tidak hanya akan mendahulukan kepentingan objek yang kita cintai. Lebih dari itu, ketika kita telah mencapai tingkatan ini kita tidak akan lagi melihat diri kita sebagai sesuatu yang kita miliki, penyerahan secara penuh, sirnanya kepentingan pribadi. Kita merasa bahwa apapun yang kita miliki adalah milik objek yang dicintai. Simbol Cinta Sesama Cinta sahabat atau persaudaraan, adalah cinta yang paling dasar dan umum. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain. Kehidupan kelompok, kebersamaan, interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar dari individu. Untuk membentuk kehidupan bersama, kehidupan kelompok, dan interaksi sosial yang baik perlu didasari oleh rasa senang, rasa bersahabat, rasa cinta dari individu ke individu yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa lepas dari saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain dalam melengkapi kekurangan dari masing-masing individu. Hal ini akan terealisasi apabila cinta terhadap sesama tertanam dalam kehidupan kita dalam menjalankan peran kita sebagai makhluk sosial. Menurut Fromm 200482. Cinta persaudaraan jenis cinta yang paling fundamental yang mendasari semua tipe cinta adalah cinta persaudaraan brotherly love. Yang saya maksudkan dalam kata ini adalah sebuah rasa tanggungjawab, perhatian, penghormatan serta pemahaman akan setiap manusia lain yang ingin kita majukan hidupnya Cinta sahabat atau persaudaraan, adalah cinta yang paling dasar dan umum. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain. Kehidupan kelompok, kebersamaan, interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar dari individu. Untuk membentuk kehidupan bersama, kehidupan kelompok, dan interaksi sosial yang baik perlu didasari oleh rasa senang, rasa bersahabat, rasa cinta dari individu ke individu yang lainnya. Fromm 200485 menyatakan cinta persaudraan merupakan cinta antara mahkluk sederajat, meski sesungguhnya kita semua juga selalu sederajat. Hal senada juga didukung oleh Sorokin Krich, 2009386 diranah sosial cinta adalah interaksi yang penuh makna antara dua orang atau lebih, tempat segala keinginan dan tujuan dari seseorang terbagi bersama dan tercapai dengan bantuan orang lain. Seorang pecinta tidak akan menghalang-halangi pencapaian dari orang yang dicintai, sebaliknya, ia akan menolong tidak akan menimbulkan rasa sakit atau kesedihan bagi orang yang dicintai. Simbol Cinta Erotis Cinta jenis ini mendambakan peleburan secara total, penyatuan dengan pribadi lain. Pada hakekatnya cinta erotis bersifat eksklusif dan tidak universal. Cinta inilah yang barangkali merupakan bentuk cinta yang paling tidak dipercaya. Cinta erotis sering dikaitkan dengan pengalaman eksplosif jatuh cinta; suatu keruntuhan tiba-tiba atas tembok pemisah yang ada di antara dua orang yang masih terasa masih asing satu sama lain. Kemudian pengalaman keintiman yang tiba-tiba ini pada dasarnya bersifat sementara. Kebanyakan orang mengatakan bahwa gagasan tentang cinta juga seringkali di samakan dengan keinginan seksual, sehingga mereka mudah terbawa pada kesimpulan yang salah bahwa mereka sedang mencintai orang lain. Padahal yang terjadi sesungguhnya adalah situasi dimana mereka saling menginginkan secara fisik. Bila keinginan untuk penyatuan fisik tidak dirangsang oleh cinta, maka cinta itu hanya membawa pada penyatuan yang bersifat orgiatis dan sementara. Cinta erotis apabila memang merupakan cinta, mempunyai satu premis yaitu bahwa saya benar-benar mencintai dari hakekat keberadaan saya dan menerima pribadi yang lain dalam hakikat keberadaan saya. Lebih jauh, mencintai seseorang bukan hanya melibatkan perasaan yang kuat saja, melainkan juga melibatkan suatu keputusan, suatu penilaian dan suatu perjanjian. Cinta erotik merupakan cinta antara jenis kelamin yang berbeda, antara pria dengan wanita. Cinta ini disebut cinta erotik karena mengandung dorongan-dorongan erotik atau seksual. Pada umumnya, perasaan cinta ini muncul dalam diri seseorang bersamaan dengan munculnya hormon seksual pada saat memasuki masa remaja awal. Jika perasaan cinta ini tidak terkendalikan dengan baik justru akan dapat menimbulkan berbagai bentuk penyimpangan perilaku seksual. Cinta yang sangat berbeda dengan kedua jenis cinta yang telah disebutkan adalah cinta erotis mendambakan sesuatu peleburan secara total,penyatuan dengan pribadi hakekatnya, cinta erotis bersifat eksklusif dan tidak universal Fromm,200493. Cinta erotis bersifat eksklusif, tetapi dalam mencintai pribadi yang lain dia juga mencintai sesama manusia, semua yang erotis bersifat eksklusif ketika ia hanya dapat meleburkan diri sepenuhnya dalam segala aspek kehidupan dan bukan dalam cinta persaudaraan. Cinta erotis,jika memang merupakan cinta, mempunyai satu premis yaitu saya benar-benar mencintai dari hakekat keberadaan saya dan menerima pribadi yang lain dalam hakekat keberadaan saya Fromm,200498. Cinta antara pasangan kekasih atau cinta antara suami dan istri adalah cinta yang terbentuk antara kedua pasangan tersebut. Pada pasangan yang telah dewasa, bila faktor-faktor emosional dan sosial telah dinilai siap,maka hubungan itu dapat dilanjutkan dengan membuat komitmen perkawinan. dalam perkawinan,diharapkan ketiga komponen ini tetap hadir dan sama kuatnya. Cinta pada dasarnya merupakan suatu kemauan, suatu keputusan untuk mengikat kehidupan dengan kehidupan orang ini memang merupakan dasar dari gagasan bahwa suatu ikatan pernikahan tidak boleh diputuskan seperti yang terjadi pada berbagai bentuk pernikahan tradisional dimana kadua mempelai tidak pernah memilih jodohnya sendiri tetapi telah dipilihkan oleh orang lain dan diharapkan mereka akan bisa saling mencintai dikemudian hari Fromm, 200498-99 Cinta adalah energi penghidupan bagai kehidupan sepasang suami istri. Pernikahan yang hanya didasari komitmen akan terasa kering karena baik suami maupun istri hanya menjalankan kewajiban saja. Variasi lain, perkawinan hanya dianggap sebagai lembaga yang mengesahkan hubungan semacam ini kehilanagn sifat persahabatnnya, yang ditandai dengan tidak adanya kemesraan suami istri, seperti makan bersama, berbincang-bincang, saling berpelukan dan sebagainya. ============================================================================ BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam metode kualitatif memfokuskan perhatian pada data yang alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya Ratna, 201047. . Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Ratna 201046 yang mengemukakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif ialah penelitian yang secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan dalam bentuk deskripsi. Sumber Data dan Data Sumber Data Sumber data adalah subjek penelitian dari mana data diperoleh Arikunto, 2006129. Sumber data penelitian ini adalah Deru Campur Debu karya Chairil Anwar yang berupa kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan rumusan masalah. Data Data dalam penelitian ini yang berwujud penggalan-penggalan kalimat, uraian kalimat serta paragraph yang mendukung atau mengacu pada rumusan dan tujuan penelitian mengenai simbol pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode Peneltian Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi ialah cara pengumpulan bahan-bahan atau data-data yang diambil dari bahan pustaka, yaitu berupa Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dimaksud sebagai kegiatan dalam pengumpulan data penelitian. Teknik Pengumpulan Data Tekinik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah simak dan catat, yaitu teknik pengumpulan yang dilakukan dengan membaca secara cermat kemudian dicatat dalam bentuk kode tertentu untuk memudahkan pengambilan acuan pada data Straus dalam Mahsun, 200990-93. Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan menyimak bahsa yang tiidak hanya pada bahasa lisan tetapi juga bahasa tulis. Tekinik lanjutan dari metode simak adalah tekinik sadap dan catat Mahsun, 200990-3. Akan tetapi, tekinik sadap tidak sesuai karena teknik ini dilakukan pada bahsa lisan. Praktisnya, puisi disimak untuk mengumpulkan data sesuai dengan masalah penelitian kemudian diklasifikasikan dan kemudian di beri kode untuk kemudian dianalisis. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain 1 Membaca berulang-ulang kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. 2 Menggaris bawahi kalimat yang menggambarkan tentang rumusan masalah kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. 3 Menyeleksi kalimat-kalimat yang mengambarkan rumusan masalah kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen Pengumpulan data adalah memperoleh data tentang sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah di tentukan dan sesuai dengan rumusan masalah Arikunto, 2006150. Maka instrumen pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut. Tabel Instrumen Pengumpulan Data Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda. Metode dan Teknik Penganalisis Data Metode Penganalisisan Data Karena penelitian ini menggunakan dokumentasi, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan isi atau fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis Ratna, 201053. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil analisis secara rinci, dan menafsirkan data yang sesuai dengan permaslahan dalam landasan teori yang dipaparkan. Teknik Penganalisisan Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis isi content analysis. Analisis isi adlaah teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kualitatif tentang analisis simbol dalam kumnpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Prosedur Penganalisisan Data Sedangkan prosedur penganalisisan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Mengumpulkan data. Mengambil data yang berupa penggalan-penggalan bait puisi pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar yang menunjukkan rumusan masalah. Data yang berhasil dikumpulkan. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkanb rumusan masalah penelitian. 2. Mengklasifikasi Data Setelah data terkumpul, maka langkah analisis selanjutnya adalah mengklasifikasi data. Klasifikasi dilakukan dengan cara mengelompokkan data-data yang sesuai dengan rumusan yang kemudian diberi kode. 3. Pengkodean Data. Data-data yang sudah dikelompokkan kemudian diberi kode sesuai dengan data yang diperoleh dan rumusan. Berikut contoh pengkodean 01/R1/01/ Keterangan 01 Nomor urut data R1 Rumusan 1 01 Halaman Pengkodean data dilakukan dengan uraian sebagai berikut Tabel pengkodean Data Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda. 4. Menginterprestasikan Data. Data yang sudah diinterprestasikan kemudian dideskripsikan dengan menggunkan teori dan konsep yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian. 5. Mendeskripsikan Data Setelah data dikumpulkan dalam korpus data kemudian dideskripsikan berdasarkan rumusan yang sesuai dengan teoori yang digunakan dalam penelitian. 6. Membuat Simpulan. Membuat simpulan berdasarkan hasil temuan pada analisis data beserta saran penelitian sehingga diperoleh garis besar dari keseluruhan kegiatan penelitian yang dilakukan. Instrumen Penganalisisan Data Instrumen Penganalisisan data menurut Suharsimi Arikunto 2010134 instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya ini dijelaskan sebagai berikut Tabel Instruumen Pengumpulan Data Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu kegoyahan imannya kepada Tuhan, termangu, isi masih menyebut nama Tuhan dalam doa-doanya. Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan kekhawatirannya terhadap sahabatnya mendorongnya untuk menghiburnya dan memberikan dukungan mental. Rasa empati yang dimilikinya terhadap sesama adalah bentuk kecintaannya terhadap sesama. Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda. penggambaran kemampuan cinta cinta erotis dalam menundukkan keegoan individu dan meleburkan dua pemahaman yang berbeda dalam ikatan cinta kasih.

3 ) penggunaan gaya bahasa kumpulan puisi "Deru Campur Debu" karya Chairil Anwar.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif.Objek penelitian ini adalah 1)st ruktur, diksi, majas, persajakan, gaya bahasa dan 2) makna atau pesan yang terkandung dalam puisi-puisi Chairil Anwar. Data penelitian ini

Data buku kumpulan puisi Judul Deru Campur Debu Penulis Chairil Anwar Cetakan III, 1993 Penerbit PT. Dian Rakyat, Jakarta Tebal 47 halaman 28 puisi ISBN 979-523-042-5 Ilustrasi isi Oesman Effendi Beberapa pilihan puisi Chairil Anwar dalam Deru Campur Debu Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan akan akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Senja di Pelabuhan Kecil Buat Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. Cintaku Jauh di Pulau Cintaku jauh di pulau Gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanya Di air yang tenang, di angin mendayu di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.” Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama kan merapuh Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau ku mati, dia mati iseng sendiri. Kawanku dan Aku Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat Siapa berkata-kata? Kawanku hanya rangka saja Karena dera mengelucak tenaga Dia bertanya jam berapa? Sudah larut sekali Hilang tenggelam segala makna Dan gerak tak punya arti Kepada Kawan Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat, mencengkam dari belakang tika kita tidak melihat, selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa, belum bertugas kecewa dan gentar belum ada, tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam, layar merah berkibar hilang dalam kelam, kawan, mari kita putuskan kini di sini Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri! Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu, Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Jangan tambatkan pada siang dan malam Dan Hancurkan lagi apa yang kau perbuat, Hilang sonder pusaka, sonder kerabat. Tidak minta ampun atas segala dosa, Tidak memberi pamit pada siapa saja! Jadi mari kita putuskan sekali lagi Ajal yang menarik kita, kan merasa angkasa sepi, Sekali lagi kawan, sebaris lagi Tikamkan pedangmu hingga ke hulu Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!! Doa kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namaMu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku hilang bentuk remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling Kepada Peminta-minta Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Cerita Buat Dien Tamaela Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu Beta Pattirajawane Kikisan laut Berdarah laut Beta Pattirajawane Ketika lahir dibawakan Datu dayung sampan Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala Beta api di pantai. Siapa mendekat Tiga kali menyebut beta punya nama Dalam sunyi malam ganggang menari Menurut beta punya tifa, Pohon pala, badan perawan jadi Hidup sampai pagi tiba. Mari menari! mari beria! mari berlupa! Awas jangan bikin beta marah Beta bikin pala mati, gadis kaku Beta kirim datu-datu! Beta ada di malam, ada di siang Irama ganggang dan api membakar pulau... Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu Sebuah Kamar Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. “Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu!” Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada d luar hitungan Kamar begini 3 x 4, terlalu sempit buat meniup nyawa! Hampa Kepada Sri Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai di puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti Sepi Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. Tentang Chairil Anwar Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922. Berpendidikan MULO tidak tamat. Pernah menjadi redaktur “Gelanggang” ruang kebudayaan Siasat, 1948-1949 dan redaktur Gema Suasana 1949. Kumpulan sajaknya, Deru Campur Debu 1949, Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan yang Putus 1949, dan Tiga Menguak Takdir bersama Rivai Apin dan Asrul Sani, 1950. Chairil Anwar dianggap pelopor angkatan 45. Ia meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Hari kematiannya diperingati sebagai Hari Sastra di Indonesia. Catatan Lain Buku ini koleksi perpustarda Prov. Kalsel. Pinjam 2 April 2012 dan mesti dibalikin 18 April 2012. Sketsa / lukisan Chairil Anwar cfbfZg2.